Suriah telah lima tahun dikoyak-koyak dengan perang sipil. Jutaan warga sipil telah mengungsi, terluka, dan tewas dalam baku tembak.
Tapi korban dari kalangan anak-anak sangat mengejutkan. Sebanyak 8,4 juta anak-anak Suriah, atau sekitar 80% dari semua anak Suriah, telah terpengaruh oleh perang.

Anak-anak, seperti Omran Daqneesh 5 tahun, telah menjadi wajah dari pilunya nasih para bocah yang seharusnya sedang ceria-cerianya bermain. Tapi Daqneesh bukan satu-satunya anak Suriah yang hidupnya telah dihancurkan perang.
Penderitaan anak-anak Suriah muncul kembali pada hari Kamis ketika foto Omran Daqneesh muncul. Anak Suriah berusia lima tahun itu berlumuran darah dan penuh luka setelah ditarik keluar dari puing-puing rumahnya yang dihantam bom oleh sebuah serangan udara di Aleppo, Suriah pada 17 Agustus 2016.

Sebanyak 8,4 juta anak, atau lebih dari 80 persen dari populasi anak-anak Suriah, telah terpengaruh oleh perang, baik di dalam Suriah atau sebagai pengungsi.

Pada 2016, dari 13,5 juta warga Suriah membutuhkan bantuan kemanusiaan, 6 juta adalah anak-anak. Akses mereka ke layanan vital, seperti makanan, kesehatan, konseling, dan pendidikan telah hancur akibat perang.

Baru-baru ini, kota Aleppo, kota terbesar kedua Suriah dan menjadi kubu pemberontak, telah dihancurkan oleh serangan udara. Lebih dari 4.500 anak meninggal di kota itu saja.

The Migration Policy Institute
Seorang anak yang kakaknya tewas menangis di wilayah yang dikuasai pemberontak di provinsi Idlib Suriah. Dalam satu kamp pengungsi, 79 persen anak-anak pernah mengalami kematian anggota keluarga.

Sebanyak 3,7 juta anak-anak Suriah telah lahir sejak perang saudara pecah lima tahun yang lalu. Itu berarti 1 dari 3 anak Suriah telah menghabiskan seluruh hidup mereka dengan mengalami kekerasan dan perang.

Ghazal, berusia 4 tahun, (kiri) dan Judy, berusia 7 tahun membawa Suhair 8 bulan, berlari sambil menangis ketakutan setelah serangan yang menghancurkan lokasi di dekatnya.

Sheima, anak berusia lima tahun terkena peluru nyasar di Suriah dan kehilangan kedua matanya. Dia duduk di tempat tidur rumah sakit di sebuah klinik kecil di Kilis, Turki.

Seorang anak yang terluka menerima perawatan medis di rumah sakit setelah serangan udara menghantam kawasan Douma di Damaskus, Suriah. Warga sipil semakin sulit untuk menerima perawatan medis, fasilitas kesehatan dan pekerja telah berulang kali diserang.

Di Aleppo saja, diperkirakan 95 persen dari dokter telah melarikan diri, ditahan, atau dibunuh. Sebagian besar hasil dari serangan berkelanjutan terhadap fasilitas kesehatan dan professional.

Gharam, 5, anak yatim, menghadiri pertemuan yang diselenggarakan oleh Pecinta Damaskus, kelompok yang membantu dengan dukungan sosial bagi anak yatim, di Harasta, di timur Damaskus pinggiran Ghouta, Suriah.
Lalu kalau semua ini tidak menusuk batin dan otak kita, maka layakkah kita disebut sebagai manusia?