Jepang akan mengembangkan prototipe jet tempur pesawat tak berawak dengan bantuan sektor swasta dalam strategi teknologi yang fokus pada komunikasi senjata dan laser.
Dalam dokumen yang dilihat oleh Reuters disebutkan rencananya program itu akan diumumkan bulan ini ketika Departemen Pertahanan mengajukan permintaan untuk anggaran rekor pertahanan sebesar 5,16 triliun yen (US$51 miliar) untuk tahun fiskal 2017.
Pejabat pemerintahan yang dekat dengan masalah ini mengatakan pengembangan jet tempur tanpa awak ini diperlukan mengingat ketegangan yang meningkat di Timur Laut Cina dan ancaman rudal Korea Utara.
Dokumen itu menyebutkan tahap pertama akan dilakukan pengembangan pesawat pengintai tanpa awak dalam dekade ke depan dan kemudian jet tempur tak berawak 10 tahun kemudian.
Kenaikan anggaran pertahanan tahun ini sebesar 2,3 persen lebih menandai peningkatan berturut-turut dalam lima tahun terakhir.
Namun, salah satu analis keamanan mengatakan jumlah ini masih belum cukup. “Lingkungan keamanan sekitar Jepang parah, karena Korea Utara dan China,” kata Takashi Kawakami, seorang ahli keamanan di Universitas Takushoku Jepang. “Saya berpikir itu tidak cukup.”
Jepang bulan ini akan secara resmi mengungkap permintaan anggaran untuk pertahanan dan kementerian lainnya untuk tahun anggaran yang berakhir Maret 2018. Permintaan anggaran kementerian pertahanan di antaranya untuk meng-upgrade sistem pertahanan rudal Patriot PAC-3 Jepang untuk meningkatkan kisaran rudal hingga dua kali lipat yakni lebih dari 30 km.
Proposal anggaran juga termasuk biaya produksi sistem Standard Missile-3 versi Block IIA yang dikembangkan bersama dengan Amerika Serikat untuk menembak jatuh rudal di ketinggian tinggi.
Kementerian juga akan mengalokasikan dana untuk memperoleh versi upgrade dari pesawat tempur siluman F-35 serta memperkuat penjaga pantai di pulau-pulau selatan Miyakojima dan Amami Oshima.