Kementerian pertahanan Jepang berencana untuk meminta 5,1 triliun yen (atau sekitar US$51 miliar/Rp663 triliun) untuk anggran fiskal 2017. Jika dipenuhi ini akan menjadi rekor tertinggi anggaran pertahanan negara tersebut.
Kekhawatiran terhadap China dan Korea Utara telah mendorong Jepang untuk membangkitkan kekuatan militernya yang sempat menakutkan pada era Perang Dunia II.
Ini juga akan menandai tahun kelima secara berturut-turut Kementerian Pertahanan terus meningkatkan pendanaan peningkatan.
Anggaran pertahanan Jepang tumbuh untuk pertama kalinya dalam 11 tahun pada tahun fiskal 2013, setelah Perdana Menteri Shinzo Abe mulai menjalankan pemerintahan kedua.
Sebagaimana dilaporkan Nikkei Kamis 18 Agustus 2016 sebagian dari anggaran yang diminta akan digunakan untuk Standard Missile-3 Block IIA yang dibangun bersama AS. Rudal generasi terbaru ini akan dikerahkan di kapal perusak Aegis milik Angkatan Laut Jepang.
Blok IIA akan dapat menembak jatuh rudal di ketinggian 1.000 km atau lebih, dibandingkan dengan sekitar 300 km untuk SM-3 yang ada sekarang.
Jepang dan AS bekerja untuk meningkatkan kemampuan model baru dalam menanggapi rudal Musudan Korea Utara yang bisa mencapai ketinggian melebihi 1.000 km dalam peluncuran Juni.
Kementerian juga akan meminta dana untuk meningkatkan kemampuan rudal permukaan ke kapal yang dikerahkan ke Kepulauan Sakishima di Okinawa, perairan di mana aktivitas China baru-baru ini meningkat. Program lain adalah meng-upgrade jet tempur F-15 yang harus terus siaga dan terbang cepat dari basis di Okinawa jika sebuah pesawat militer China mendekati wilayah udara Jepang.