Setelah sebelumnya media Rusia yang menuduh pasukan Irak yang didukung koalisi pimpinan Amerika serikat menggunakan bom pembakar yang dilarang digunakan dalam perang, giliran media Amerika yang menuding balik.
New York Times melaporkan pesawat pemerintah Suriah menyerang daerah Kota Daraya di pinggiran Damaskus dengan bom pembakar untuk tiga hari berturut-turut hingga Rabu 17 Agustus 2016. Mengutip anggota dewan lokal, senjata menggunakan zat mirip dengan napalm.
Bom pembakar memancarkan cahaya terang yang menyerupai kembang api dan menyulut kebakaran terus-menerus dengan pemanasan suhu hingga 10 kali titik didih air.
New York Times melaporkan Rabu senjata biasanya dipersenjatai dengan termit atau fosfor, yang dapat menyebabkan luka bakar yang mengerikan seperti yang ditimbulkan oleh bom napalm di pemboman Amerika selama Perang Vietnam.
Menurut oposisi dan kelompok hak asasi manusia senjata jenis ini semakin sering digunakan dalam serangan terhadap wilayah yang dikuasai pemberontak, terutama di kota Aleppo.
Dan sekutu paling kuat pemerintah Suriah, Rusia, juga disebut menggunakan senjata dalam serangan mereka. Hal itu disampaikan Human Rights Watch, mengutip cuplikan dari televisi yang dikelola negara Rusia yang menunjukkan label bom yang jelas di pesawat terbang serangan di Suriah, dan casing yang sama ditemukan di situs serangan.
Senjata pembakar telah digunakan setidaknya 18 kali dalam sembilan minggu terakhir, Human Rights Watch mengatakan dalam sebuah laporan yang dikeluarkan minggu ini, terutama di dan sekitar Aleppo, serta di Provinsi Idlib. Kelompok itu mengatakan bahwa aktivis dan warga telah melaporkan setidaknya 40 kasus lain, tetapi hanya 18 yang dikonfirmasi melalui rekaman video dan bukti lain.
Tidak seperti senjata kimia, senjata pembakar tidak sepenuhnya dilarang, tapi perjanjian internasional yang ditandatangani oleh 113 negara melarang penggunaannya di daerah yang padat penduduk sipil. Rusia adalah penandatangan perjanjian, Protokol III dari Konvensi Senjata Konvensional. Sementara Suriah tidak.
Human Rights Watch mengatakan ada “bukti kuat” bahwa Rusia menggunakan senjata, mengutip siaran rekaman pada tanggal 18 Juni yang menunjukkan pesawat serangan Rusia di pangkalan udara Rusia di provinsi Suriah Latakia dipersenjatai dengan bom pembakar RBK-500 Zab-2.5SM.
Rusia belum menanggapi tuduhan ini. Juru bicara pemerintah tidak bisa segera dihubungi untuk memberikan komentar.
Sebelumnya media Rusia Sputnik mengutip sebuah video yang dirilis oleh Departemen Pertahanan Irak saat merayakan pembebasan Qayyarah oleh Angkatan Udara Irak dan Joint Task Force yang dipimpin AS dalam Operasi Resolve Inherent menunjukkan penjatuhan dari udara amunisi pembakar atau incendiary munitionsyang berpotensi pelanggaran hukum internasional.
Video dikeluarkan oleh Departemen Pertahanan Irak menunjukkan angkatan udara negara itu menjatuhkan incendiary munitions dari pesawat terbang di desa Selatan Qayyarah sebagai bagian dari kampanye untuk membebaskan wilayah itu dari dari kontrol ISIS.
Laporan awal oleh wartawan menunjukkan bahwa amunisi dijatuhkan baik oleh pesawat Angkatan Udara Irak atau Joint Task Force untuk Operasi pesawat Inherent Resolve yang dipimpin AS. Jadi siapa yang memakai senjata terkutuk ini? Atau semua memakainya?
Baca juga:
Berpotensi Jadi Kejahatan Perang, Irak Gunakan Senjata Pembakar