AS akan Bangun THAAD Berbasis Kapal, Apa Pengaruhnya Buat Rusia?
US Missile Defense Agency

AS akan Bangun THAAD Berbasis Kapal, Apa Pengaruhnya Buat Rusia?

AS tidak hanya hanya akan menggunakan sistem pertahanan rudal berbasis darat di Korea Selatan. Washington berencana untuk membangun sebuah sistem pertahanan rudal seperti THAAD yang diperuntukkan bagi angkatan laut. Sistem ini akan melengkapi kapal perang Korea Selatan di lepas pantai Semenanjung Korea pada 2020. Lantas apa pengaruhnya bagi pasukan rudal Rusia?

Keputusan AS untuk menerapkan sistem rudal THAAD di Korea Selatan dilakukan dengan alasan untuk menghadapi ancaman rudal Korea Utara. Pentagon bermaksud untuk melengkapi kapal perang di lepas pantai Semenanjung Korea untuk mencegat rudal.

Bagi Rusia sistem pertahanan rudal berbasis di darat AS di Korea Selatan hampir tidak akan berpengaruh. Tidak seperti China yang yang akan head to head. Namun, penyebaran dari sistem ini ke laut bersama kapal perang yang dilengkapi sistem mirip rudal THAAD, bisa menjadi ancaman bagi Pasukan Rudal Strategis Rusia.

Pakar militer Rusia Vladimir Yevseyev kepada Sputnik mengatakan

“Di kapal penjelajah dan kapal perusak Amerika dilengkapi dengan dua peluncuran vertikal M-41. Mereka dapat menembakkan hingga 80 roket. Namun, sebagian besar dari rudal tersebut adalah rudal permukaan ke udara saja. Karena tujuan utama mereka adalah untuk mendukung kelompok kapal induk. Artinya, mereka diwajibkan untuk memastikan pertahanan udara dari kelompok kapal induk,” kata Yevseyev Rabu 17 Agustus 2016.

Pakar itu menambahkan untuk kapal penjelajah atau perusak yang memiliki misi ofensif akan menggunakan rudal jelajah peluncuran laut seperti rudal jelajah Tomahawk. Namun, sistem kontrol senjata rudal Aegis terutama dirancang untuk mencegat rudal pada awal fase aktif.

Dia mengatakan bahwa karena jarak geografis Rusia, sistem Aegis tidak dapat mencegatnya. Satu-satunya hal yang dapat dilakukan adalah untuk mencoba untuk mencegat rudal balistik pada kapal selam Rusia.

Namun demikian, hal itu bisa dilakukan jika mereka dekat dengan kapal selam. Sementara kemungkinan kapal selam akan berjarak ribuan kilometer saat meluncurkan rudal balistik, sehingga juga sangat tidak mungkin menggunakan Aegis untuk mencegatnya.

Beberapa ahli percaya bahwa untuk menjamin efisiensi sistem pertahanan rudal AS, sistem itu harus memiliki konstelasi satelit yang kuat, tetapi menurut Yevseyev, hal ini tidak terjadi di sini.

“Konstelasi satelit, memang, dapat memberikan keberhasilan dalam mencegat hulu ledak rudal balistik antarbenua. Tetapi kita harus memahami bahwa segera setelah hulu ledak dilepaskan, mereka sulit ditutupi dengan kompleks pertahanan anti-rudal, maka, konstelasi satelit akan memiliki efisiensi kapasitas tempur yang sangat rendah, “kata ahli.

Selain itu, penting untuk diingat bahwa informasi yang berasal dari konstelasi satelit, , harus selalu dikonfirmasi oleh setidaknya satu atau dua satelit hingga membutuhkan waktu.

“Rusia saat ini cukup menggunakan stasiun jenis radar Voronezh-M, yang memungkinkan informasi di rudal balistik antarbenua, hulu ledak dan arah gerakan mereka yang akan diterima,” ahli menyimpulkan.

Karena sistem Aegis tidak mungkin untuk mencegat rudal jelajah baik yang diluncurkan dari darat atau kapal selam Rusia, maka keberadaan sistem semacam THAAD di kapal perang akan menjadi benteng tersendiri. Pasukan rudal strategis Rusia harus mencari cara untuk bisa menembus sistem THAAD yang bisa mencegat rudal saat bergerak di perbatasan angkasa luar. Tidak pada fase awal peluncuran.