Amerika seperti diketahui memimilik konsep yang dikenal sebagai Prompt Global Strike (PGS), sebuah sistem yang akan memungkinkan Washington untuk melakukan serangan udara presisi non nuklir ke titik manapun dalam waktu kurang stu jam.
Pertanyaannya bagaimana kekuatan AS untuk melakukan konsep ini dan bagaimana jika yang diserang adalah Rusia?
Analis pertahanan Rusia Konstantin Sivkov dalam analisisnya diterbitkan oleh surat kabar online independen Svobodnaya Pressa mengatakan jika mengacu pada konsepnya PGS memang akan sangat berbahaya bagi seluruh negara di dunia.
“Penilaian umum dari program Prompt Global Strike adalah bahwa ide ini sangat berbahaya yang akan menjadi ancaman mematikan bagi hampir semua negara. Inti dari ide ini karena senjata presisi konvensional dapat membuat kerusakan yang sebanding dengan kekuatan senjata nuklir. Oleh karena itu jika Washington menggunakannya mak bisa menjadikan musuh bertekuk lutut kepada mereka.
Pada intinya menurut dia “Sistem tempur ini diciptakan lengkap dan terdiri dari komponen serangan yang juga memerlukan subsistem termasuk pengintaian dan pengawasan, komando dan posting komunikasi, serta sistem jamming.”
“Senjata-senjata yang digunakan di bawah konsep ini akan mencakup rudal balistik berbasis darat dan laut, serta rudal jelajah jarak jauh hipersonik baik yang diluncurkan dari laut ataupun darat. Dalam jangka panjang, platform berbasis ruang angkasa juga dapat digunakan untuk memulai serangan . ”
Sivkov mencatat bahwa rudal balistik saat ini menjadi kandidat yang paling mungkin untuk memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh konsep Prompt Global Strike.
“Mereka menyediakan kemampuan untuk penghancuran target tinggi [dengan akurasi CEP 100-150 meter], waktu pengiriman yang singkat [tidak lebih dari 30-40 menit], dan kecepatan tinggi hulu ledak di daerah sasaran, yang memungkinkan mereka untuk menghancurkan benda-benda yang terkubur di bawah tanah. Kekuatan lemparan cukup berat [hingga 3,5 ton] memungkinkan untuk penggunaan berbagai jenis hulu ledak. ”
Namun, ada sejumlah isu yang membuat penggunaan rudal balistik konvensional menghadapi sejumlah masalah.
Analis mengingatkan, “Sistem pertahanan rudal Rusia [dan China, dalam waktu dekat], dapat mengklasifikasikan peluncuran sekelompok rudal tersebut [dan untuk menjamin penghancuran satu objek membutuhkan setidaknya 2-3 rudal tersebut] dan seperti serangan nuklir, yang mengarah ke serangan nuklir balasan.”
“Kedua, perjanjian START telah membatasi jumlah rudal balistik yang dimiliki, dan tidak membedakan antara senjata nuklir dan konvensional. Dengan kata lain, melengkapi rudal balistik berbasis darat dan laut dengan hulu ledak konvensional hanya dapat dilakukan dengan jumlah terbatas sesuai jumlah rudal nuklir yang disepakati. ”
Oleh karena itu, komponen penting lain dari inisiatif Prompt Strike Global adalah Boeing X-51A, calon rudal yang diharapkan mampu melakukan penerbangan hipersonik pada kecepatan 6,500-7,500 km / jam.
“Namun,” catat Sivkov, “Tes sistem ini belum menghasilkan hasil yang diharapkan. Meski program X-51A belum ditutup, itu hanya dapat diharapkan muncul dalam jangka menengah, dan untuk diadopsi ke dalam layanan membutuhkan waktu yang panjang.”
“Oleh karena itu, militer AS tidak diharapkan untuk menerima sistem senjata fundamental baru yang memberikan efek Prompt Global Strike lebih signifikan secara operasional bahkan dalam perspektif jangka panjang.”