Sistem rudal pertahanan udara Iron Dome dikenal sukses melindungi Israel dari serangan roket sejak 2011. Sekarang, Pentagon ingin memiliki versi sendiri dari sistem tersebut untuk melindungi pasukan mereka yang dikerahkan ke garis depan.
Dikembangkan oleh Rafael Advanced Defense Systems milik negara Israel, jaringan Iron Dome terdiri dari beberapa baterai rudal untuk pertahanan udara jarak pendek. Hingga Oktober 2014, sistem telah berhasil mencegat lebih dari 1.200 roket.
Dengan keandalan yang telah terbukti, Angkatan Darat AS sedang mempertimbangkan versi sendiri dari rudal pencegat Iron Dome.
Kontarktor pertahanan yang berbasis di AS, Raytheon saat memainkan peran penting dalam memproduksi komponen untuk pencegat rudal Israel. Jika Washington memutuskan untuk menggunakan rudal, Raytheon akan menghasilkan unit yang akan diberi nama SkyHunter.
“Begitu AS memutuskan untuk mendapatkan Iron Dome, kami akan mentransfer semua file pengetahuan dan produksi Raytheon,” kata Yosi Druker, Kepala Rafael Air Superiority Divisi System sebagaimana dikutip Defense News Selasa 9 Agustus 2016.
“Berdasarkan perjanjian kita, kita akan menghasilkan 40% dan Raytheon 60%, namun kemampuan akan 100% Raytheon.”
Angkatan Darat akan menggunakan rudal untuk melindungi tentara AS terhadap rudal jelajah dan UAV.
Tes sudah berlangsung dengan Angkatan Darat AS mulai meluncurkan rudal Tamir dari Multi-Missile Launcher (MML), di White Sands Missile Range di New Mexico pada bulan April, dan sementara dua pencegat lainnya berada di bawah pertimbangan, SkyHunter sepertinya menjadi favorit.
“Dilihat dari harga dan kemampuan serta kematangan, Iron Dome memiliki kelebihan,” kata Druker.