Wakil Menteri Ekonomi bidang perdagangan Ukraina Natalia Mykolskiy mengatakan Malaysia tertarik dengan Ukraina untuk bekerjasama mempproduksi kendaraan lapis baja dan senjata anti-tank, sementara Indonesia disebut berencana untuk memperbarui armada pesawat angkut militer dengan An-70 yang dibangun Ukraina.
Presiden Ukraina Petro Poroshenko, pekan ini melakukan kunjungan ke Malaysia, setelah itu ia merencanakan perjalanan ke Indonesia.
“Di Malaysia sudah memiliki tawaran untuk bekerja sama dalam produksi kendaraan lapis baja dan senjata anti-tank. Ada minat dalam desain kapal patroli dan membangun produksi mereka. Indonesia siap untuk membeli lisensi sistem radar Ukraina. Angkatan Udara berencana untuk meng-upgrade armada pesawat angkut militer Hercules C-130 dengan An-70 Ukraina. Topik pembicaraan lebih dari cukup dan saya yakin akan ada kejutan,” tulis Mykolskiy dalam blog-nya sebagaimana dikutip Ria Novosti Kamis 4 Agustus 2016.
An-70 adalah pesawat empat mesin yang awalnya dikembangkan Ukraina dan Rusia. Dengan kargo berukuran 22,4 m panjang, 4,80 m lebar, dan 4,40 m. Pesawat ini, dikombinasikan dengan kemampuan daya rentang 6. 598 km (dengan 20.000 kg payload) dan muatan maksimum 47.000 kg, menempatkan An-70 dalam kategori yang sama dengan A400M Atlas dari Airbus.
Tetapi pesawat ini mengalami masalah dalam pengembangan karena konflik Ukraina- Rusia yang menyebabkan Moskow kemudian menarik diri dari program tersebut. Kementerian Pertahanan Rusia telah menghapus Antonov An-70 dari program persenjataan nasional.
Sedangkan Ukraina pada Januari 2015 menyetujui produksi pesawat ini dan akan memperkenalkan ke layanan angkatan bersenjatanya.
Pada September 2015, pesawat angkut militer AN-70 melakukan penerbangan internasional dan membawa kargo militer dalam evaluasi kapasitas transportasi dan perluasan kondisi operasional. Dari Bandara Kyiv-Antonov, pesawat terbang ke Bangui, Republik Afrika Tengah. Penerbangan berlangsung 9 jam 2 menit.
Baca juga: