Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan ia tidak percaya bahwa upaya kudeta gagal 15 Juli 2016 lalu sebagai babak terakhir dalam upaya untuk menggulingkan pemerintah.
Dia juga menegaskan sumpahanya untuk mengambil langkah lebih lanjut terhadap Fethullahist Terror Organization (FETO) yang ia sebut sebagai kekuatan utama di balik upaya kudeta meskipun baru-baru ini mengatakan Fethullah Gulen merupakan “pion” dari kekuatan yang lebih besar.
“Saya tidak percaya hal ini [kudeta] adalah akhir,” katanya sebagaimana dikutip media Hurriyet Sabtu 7 Agustus 2016.
Presiden Turki juga menanggapi santai anggapan hidupnya dalam bahaya selama upaya kudeta yang gagal saat jet tempur dikendalikan oleh komplotan kudeta mengikuti pesawatnya dalam jarak tembak. Sebaliknya, Erdogan mengatakan jet tempur F-16 itu tidak memiliki bom untuk menyerang pesawatnya.
Setelah menggagalkan kudeta pemerintah Turki telah menangkap lebih dari 15.000 orang dan telah memecat hampir 100.000 orang dari semua sektor pemerintahan termasuk para profesional pendidikan, hakim, dan birokrat karena diduga bersekongkol dengan FETO.
Kudeta gagal juga telah memunculkan keretakan besar antara Ankara dan Barat setelah pejabat dari pemerintah Erdogan berulang kali menuduh jenderal AS berpartisipasi dalam kudeta atau berpihak pada komplotan pemberontak. Jaksa dan media negara itu telah secara terbuka menuduh CIA dan FBI telah melatih pada Gulenists.