PESAWAT PERTAMA UNTUK TERJUN
Sukses dengan fungsinya sebagai pesawat latih melahirkan beberapa orang penerbang, pesawat Cureng tercatat sebagai pesawat pertama yang digunakan dalam latihan terjun payung.
Latihan terjun payung pertama ini dilaksanakan tanggal 11 Februari 1946 di Pangkalan Udara Maguwo atas perintah Suryadi Suryadarma selaku kepala TKR jawatan Penerbangan. Latihan terjun payung itu menggunakan 3 pesawat Cureng yang masing-masing diterbangkan oleh A. Adisucipto, Iswahjudi, dan Makmur Suhodo. Adapun para penerjunnya adalah Amir Hamzah, Legino dan Pungut. Satu pesawat untuk satu penerjun. Penerjunan ini merupakan peristiwa penting bagi TNI Angkatan Udara bahkan bagi TNI maupun bagi bangsa Indonesia bahwa inilah awal dari munculnya pasukan para TNI.
Penerbangan Cureng take off dari Pangkalan Udara Bugis Malang menuju Utara untuk menyebarkan pamflet di atas kota Sidoarjo. Dalam penerbangan itu ikut pula seorang montir pesawat, Sukarman.
Selain melaksanakan latihan terbang solo, pesawat Cureng juga digunakan untuk latihan terbang formasi dan Cross Country (lintas daerah). Latihan terbang formasi dan lintas daerah dilakukan pada tanggal 15 April 1946 dengan pesawat Cureng. Penerbangnya antara lain Husein Sastranegara, Tugiyo, Santoso, dan Wim Prayitno. Cross country ini merupakan terbang formasi dan lintas daerah yang pertama dilakukan oleh penerbang-penerbang Indonesia.
Tanggal 12 Mei 1946 kembali Pesawat Cureng diterbangkan ke arah Timur dan mendarat di Lapangan Sekip (Pamekasan). Penerbangan yang dipiloti oleh Opsir Udara II Sujono dan Opsir Udara III Wim Prajitno dengan misi memperbaiki lapangan udara tersebut sebagai persiapan guna penerbangan berikutnya. Ikut serta dalam penerbangan itu dua orang montir pesawat yakni Naim dan Dulatif. Dalam penerbangan kembali kedua pesawat terpaksa mendarat di Pangkalan Udara Bugis Malang karena mengalami kerusakan di bagian kaki rodanya.
Pada tanggal 21 Mei 1946 empat pesawat cureng mengudara menuju beberapa daerah di Jawa barat dan Jawa Timur. Dua pesawat Cureng menuju ke Serang Jawa barat. Cureng pertama diterbangkan oleh Opsri Udara II Husein Sastranegara sebagai yang disertai H. Semaun dan pesawat kedua dipiloti oleh Opsir Udara III Santoso disertai seorang penumpang bernama Soeharto. Sebuah pesawat Cureng menuju ke Malang dengan penerbang Opsir Udara III Sunarjo yang disertai seorang penumpang Suparman. Sebuah pesawat terbang Cureng lainnya diterbangkan oleh Opsir Udara II H. Sujono dan Komodor Udara Halim Perdanakusuma dalam penerbangan kearah Timur untuk mencapai Pulau Madura dan mendarat di sebuah tempat pembuatan garam, karena belum adanya pangkalan udara yang siap untuk didarati. Setelah lima hari mengadakan perjalanan , pada tanggal 25 Mei 1946 keempat pesawat tersebut kembali ke Maguwo dengan selamat.
Kemudian pada tanggal 10 Juni 1946, pada saat pembukaan Lanud Tjibereum Tasikmalaya diterbangkan 5 pesawat Cureng dari Maguwo dengan crew sebagai berikut :
- Komodor A. Adisucipto dan Husein Sastranegara
- Komodor Muda Udara dr. Abdurachman Saleh dan Tulus Martoatmodjo.
- Opsir Udara Sujono dan Opsir Muda Udara Kaswan
- Opsir Udara Wirjosaputro dan Opsir Udara Sunarjo.
- Opsir Udara Iswahjudi dan Opsir Udara Suhodo.
- Tanggal 8 Agustus 1946, sebuah pesawat Cureng diterbangkan dari Pangkalan Udara Maguwo Yogyakarta ke Pangkalan Udara Bugis Malang. Adapun misi penerbangan yang dipiloti oleh Tugio adalah mengantarkan AS. Hananjuddin atas panggilan Divisi VIII Malang Imam Supeno.
Pada tanggal 2 September 946 salah satu pesawat Cureng kembali mengalami kecelakaan dan ini adalah kecelakaan kedua pesawat Cureng setelah kejadian pertama pada tanggal 14 Januari 1946. Pesawat jatuh di Cipatujah (Tasikmalaya) sewaktu pesawat melakukan pendaratan darurat yang mengakibatkan gugurnya Opsir Udara II Tarsono Rudjito. Opsir Udara II Tarsono merupakan korban pertama akibat kecelakaan pesawat militer di Indonesi Merdeka. Dalam rangka tabur bunga atas meninggalnya Tarsono, pada tanggal 13 September 1946, sebuah pesawat Cureng yang lain diterbangkan untuk melaksanakan tabur bunga dari udara yang diterbangkan oleh Husein Sastranegara.