Di tengah upaya Angkatan Laut China untuk terus mengupgrade kekuatanya, sebuah foto baru muncul yang menunjukkan kapal induk ketiga yang dibangun negara terebut akan menggunakan sistem ketapel, bukan ski-jump yang digunakan dalam model sebelumnya.
Dengan peningkatan ketegangan di Laut China Selatan, Beijing terus meningkatkan kekuatan angkatan lautnya. Selain pembangunan jet baru tempur, pesawat patroli peringatan dini, pesawat tempur anti-kapal selam dan helikopter, Angkatan Lau China juga dalam proses penambahan kapal induk baru.
Saat ini China tengah membangun kapal induk kedua dan yang ketiga dalam tahap perencanaan.
Sebuah foto dari mockup kapal ketiga yang beredar di forum militer China mengungkapkan rincian baru. Jika desain sebelumnya menggunakan ski-jump di haluan kapal untuk memberikan kemampuan pesawat lepas landas, desain baru tidak tampak menggunakan struktur ini hingga kemungkinan akan menggunakan sistem peluncuran ketapel.
Pembangunan kapal induk ketiga China atau yang dikenal dengan sebutan A002 diperkirakan akan berlangsung di galangan kapal Jiangnan Changxingdao di dekat Shanghai. Sejauh ini belum ada konfirmasi resmi dari program atau bukti nyata dari konstruksi, tetapi ada spekulasi bahwa produksi modul awal sudah berlangsung.
Sementara kapal induk dalam negeri pertama yakni Type 001A saat ini sedang dibangun di galangan kapal Dalian.
Menurut IHS Jane Kamis 4 Agustus 2016, foto satelit dari Pangkalan Udara Huangdicun menunjukkan pembangunan dua sistem ketapel. Salah satunya dianggap bertenaga uap sementara yang lain adalah versi elektromagnetik. Ini adalah indikasi lebih lanjut bahwa kapal indk masa depan China akan memiliki konfigurasi catapult-assisted take-off but arrested recovery (CATOBAR).
Kapal induk kedua, sekarang hampir lengkap, memiliki desain yang lebih canggih dari pendahulunya, Liaoning. Menurut Yin Zhuo, ketua komite konsultasi dari Angkatan Laut China kapal akan dapat membawa lebih banyak senjata, pesawat tempur, dan bahan bakar.
Modernisasi angkatan laut Beijing terus dilakukan di tengah ketegangan yang terus meningkat di di Laut Cina Selatan. China mengklaim sebagian besar wilayah tersebut hingga mengakibatkan klaim tumpang tindih dengan Taiwan, Filipina, Vietnam, Brunei, dan Malaysia.
Meski Mahkamah Arbitrase yang berbasis di Den Haag baru-baru memutuskan China tidak memiliki bukti atas klaimnya, Beijing tidak mengakui keputusan tersebut.
Pentagon telah melakukan sejumlah patroli di wilayah tersebut dengan mengusung misi kebebasan navigasi, termasuk pelayaran kapal perang mereka pada jarak 12 mil dari pulau buatan Beijing di kepulauan Spratly dan Paracel.
Baca juga:
http://www.jejaktapak.com/2016/03/05/kapal-indul-catobar-stobar-cv-dan-cvn-apa-sih-artinya/