Kremlin menyatakan Amerika Serikat sengaja mengambing-hitamkan Rusia atas peretasan surat elektronik Partai Demokrat untuk menutupi politik kotor menjelang pemilihan umum oleh kekuatan politik dalam negerinya.
Pada Minggu 31 Juli 2016, calon presiden dari Partai Demokrat Hillary Clinton menuding intelijen Rusia menjadi dalang peretasan komputer Komite Nasional Demokrat. Dia juga mempertanyakan hubungan pesaing dari Partai Republik, Donald Trump, dengan Presiden Rusia Vladimir Putin.
“Pernyataan dari nyonya Clinton adalah retorika menjelang pemilu, yang umum terjadi dan tidak dapat dibuktikan,” kata juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, kepada wartawan Senin 1 Agustus 2016.
“Dalam hal ini, mereka mencoba menutupi sejumlah politik kotor dengan mengambing-hitamkan Rusia. Kami menilai hal ini tidak benar,” kata dia.
Peskov bahkan menyebut tanggapan Hillary itu konyol, emosional, dan tidak berdasarkan bukti. Menurut dia, Hilary melakukan kesalahan karena menuding Moskow tanpa menyelidiki terlebih dahulu tuduhan tersebut.
“Badan intelijen Rusia tidak pernah melakukan terorisme dunia maya,” kata Peskov, yang mengaku pihaknya ingin menormalisasi hubungan antara Rusia dengan Amerika Serikat.
Kremlin sudah sering membantah tudingan soal keterlibatan dalam insiden peretasan dalam tubuh Partai Demokrat. Mereka juga mengaku tidak mendukung salah satu kandidat dalam pemilihan umum presiden Amerika Serikat pada 8 November.
Meski mengaku tidak mendukung calon mana pun, salah satu stasiun televisi milik Kremlin memberitakan bahwa Putin pernah menyebut Trump sebagai orang “sangat berbakat”.
Baca juga: