Sebuah gerakan sedang berlangsung di AS untuk memulai kembali produksi jet menakutkan F-22 Raptor siluman meskipun Pentagon memperingatkan hal itu akan membutuhkan biaya mahal dan mengancam merusak kemajuan pada F-35.
Selama bertahun-tahun, anggota parlemen AS telah mengecam keputusan untuk menutup produksi F-22 Raptor sebagai tindakakn yang merugikan kepentingan keamanan nasional Amerika. Produsen Lockheed Martin awalnya dijadwalkan untuk membangun 749 F-22, tetapi akhirnya hanya diproduksi 187 pesawat.
Namun, menghadapi revolusi penerbangan militer Rusia dan China, Washington merasa mulai telah kehilangan keunggulan teknologi yang mendorong anggota parlemen untuk memunculkan lagi gagasan bahwa lebih F-22 harus diproduksi.
Sebagaimana dilaporkakn Defense News Minggu 30 Juli 2016, Kongres kini secara resmi meminta bahwa Angkatan Udara Amerika Serikat melakukan studi untuk memeriksa biaya dan implikasi dari restart produksi jet tempur F-22.
Berkembangnya ide juga telah didorong oleh kesenjangan kemampuan pertahanan udara untuk sekutu Pasifik Amerika – Jepang. Tokyo telah lama berteriak-teriak untuk bisa membeli F-22 untuk melawan ancaman dari China dan Korea Utara yang semakin meningkat.
Tingginya masalah dan biaya yang mengitari program F-35 juga telah menyebabkan Kongres untuk mempertimbangkan alternatif membangunkan kembali Raptor. Program F-35 telah menelan biaya lebih dari US$1,5 triliun yang menjadi program senjata paling mahal dalam sejarah Pentagon.
F-35, yang direncanakan akan dinyatakan siap tempur dalam beberapa minggu mendatang, masih menderita sejumlah kekurangan teknis termasuk perangkat lunak
Pada akhir Mei, Defense News mewawancarai Kepala Staf Angkatan Udara AS Jenderal Mark Welsh tentang kemungkinan menghidupkan kembali program F-22. Jenderal Welsh menolak untuk mengabaikan ide tersebut.
“Saya tidak berpikir itu bukan ide liar, maksudku keberhasilan dan kemampuan pesawat F-22 dan kru cukup luar biasa,” kata Jenderal Welsh. “Jadi membangun lebih banyak pesawat tersebut bukan ide gila,” kata Jenderal Welsh.
Baca juga:
http://www.jejaktapak.com/2016/05/02/kenapa-dan-bagaimana-lini-produksi-f-22-dibuka-lagi/