Selama bulan Maret, Angkatan Udara AS mengerahkan tiga dari 20 armada bomber B-2 mereka ke kawasan Asia Pasiafik untuk pelatihan. Mungkinkah Amerika tengah mempertimbangkan untuk menempatkan secara permanen bomber siluman ke wilayah ini untuk mengekang pergerakan Beijing?
Dalam kasus B-2, mungkin tidak masuk akal untuk secara permanen mendasarkan pesawat ini luar negeri mengingat hanya ada 20 armada. Namun yang perlu diingat Pentagon tengah bersiap untuk membeli antara 80-100 Northrop Grumman B-21 Long Range Strike-Bomber (LRS-B) di 2020. Saat kekuatan China terus tumbuh, maka mempertimbangkan bomber siluman paling baru ini nanti memang layak ada di pikiran Pentagon.
Pertanyaannya akan ditempatkan di mana? Amerika memiliki pangkalan militer di Jepang, Korea Selatan dan Guam. Tetapi tiga titik ini rentan dengan serangan rudal China jika terjadi perang. Hawaii, Alaska dan Australia menjadi tempat yang paling memungkinkan karena setidaknya akan memperpendek jarak yang harus ditempur pesawat untuk masuk ke medan konflik dan pada gilirannya akan meningkatkan tingkat sortie dan juga mengurangi kebutuhan untuk pesawat tanker. Pada dasarnya, memperpendek waktu penerbangan memiliki efek yang sama seperti meningkatkan ukuran armada.
Mendasarkan B-21 di Alaska atau Hawaii tidak akan menjadi masalah karena memang itu menjadi wilayah Amerika. Hickam AFB di Hawaii dan Elmendorf AFB di Alaska sudah menjadi tuan rumah bagi jet tempur Lockheed Martin F-22 Raptor dan memiliki fasilitas untuk menjaga pesawat siluman.
Angkatan Udara juga berharap untuk menempatkan Lockheed Martin F-35 Joint Strike Fighters di Eielson AFB, Alaska, yang juga akan memiliki fasilitas untuk mempertahankan pesawat siluman. Namun, penambahan kontingen bomber siluman besar berarti Angkatan Udara harus memperluas basis mereka untuk menjadi tuan rumah B-21.
Mendasarkan B-21 bersama F-22 dan F-35 di wilayah Asia-Pasifik akan memungkinkan platform siluman Amerika untuk beroperasi dan berlatih bersama secara rutin. Yang akan meningkatkan ‘keakraban satu sama lain’ antar taktik dan prosedur yang berarti penerbang akan jauh lebih efektif dalam hal perang. Mendasarkan pesawat di Alaska memiliki manfaat tambahan dari akses ke rentang pelatihan yang luas dan Skuadron Agresor ke-18 yang membuat pelatihan lebih realistis.
Mendasarkan bomber di Australia agaknya lebih sulit karena Canberra mungkin tidak ingin menjadi tuan rumah satu unit B-21 mengingat mereka tetap harus menjaga hubungan dengan China yang merupakan mitra dagang terbesar China.
Tetapi dengan asumsi Australia setuju untuk menjadi tuan rumah pembom siluman, maka akan membuka kemungkinan pelatihan gabungan dengan pasukan Australa dan dengan orang-orang dari sekutu regional lainnya. Australia memiliki ruang terbuka yang luas untuk pelatihan dan berencana untuk membeli F-35 yang membuka banyak kemungkinan.
Jangka panjang, ketika kekuatan Beijing tumbuh semakin kuat dan tegas, jarak pendek pangkalan pesawat tempur taktis di Jepang dan Korea Selatan akan semakin rentan terhadap serangan terpadu. Bahkan Guam mungkin tidak aman. Namun, Australia, Alaska dan Hawaii meski tidak kebal terhadap serangan, relatif lebih aman dari serangan China dalam hal terjadi perang. “Dengan demikian, Pentagon harus mempertimbangkan mendasarkan B-21 di Hickam, Elmendorf dan Eielson ketika pembom menjadi operasional,” tulis Dave Majumdar di The National Interest, Senin 4 April 2016.
