NATO dan Rusia Kembali ke Jurang Nuklir

NATO dan Rusia Kembali ke Jurang Nuklir

EUFORIA NUKLIR

Poland Nato_0

Tindakan dan pernyataan seperti meningkatkan kemungkinan perang nuklir di Eropa sebagai sepadan dengan kepentingan yang dipertaruhkan. Kedua belah pihak menggunakan pertunjukkan kekuatan militer untuk sinyal tentang tekad mereka masing-masing. Pada tahun 2007 misalnya, Rusia kembali melakukan praktik Perang Dingin degngan patroli pembom strategis di sepanjang perbatasan NATO. Pada tahun 2009 dan 2013, mereka melakukan latihan simulasi invasi konvensional ke Polandia.

Tindakan tersebut bisa disalahartikan sebagai tanda-tanda adanya niat untuk memulai perang-terutama di saat krisis politik. Antusiasme Putin untuk selalu sikap macho telah mengakibatkan apa yang Alexander Golts gambarkan sebagai “euforia nuklir.”

NATO menemukan dirinya dalam dilema keamanan klasik, di mana tindakan defensif di satu dipandang sebagai ancaman oleh yang lain, memicu siklus yang semakin tinggi dari tindakan dan respons.

Doktrin militer Rusia sendiri secara tegas menyatakan bahwa jika menemukan dirinya kalah dalam perang konvensional maka memungkinkan untuk menggunakan senjata nuklir untuk mempertahankan keamanan Rusia. NATO juga memiliki doktrin nuklir yang bisa menjadi penggunaan pertama dalam suatu konflik.

Hanya karena senjata nuklir tidak digunakan selama Perang Dingin, kita tidak bisa puas berasumsi bahwa hal itu tidak akan terjadi. Ada beberapa insiden di mana manusia datang sangat dekat dengan ambang nuklir, dari Krisis Misil Kuba 1962 sampai  latihan Able Archer NATO pada tahun 1983, yang Moscow pikir itu adalah awal dari perang.  Apa yang terjadi sekarang ini telah mengembalikan Rusia dan NATO ke jurang nuklir yang berbahaya.

Sumber: National Interest