Salah satu ancaman yang paling mendesak untuk keamanan Eropa dalam pandangan sejumlah pihak adalah perang dengan Rusia. Meskipun Rusia dan NATO bekerjasama relatif baik dalam perang di Suriah, tetapi konflik keras terkait masalah Ukraina tidak begitu saja luntur.
Flashpoint yang paling mungkin untuk konfrontasi dengan Rusia adalah Baltik. Ini adalah asumsi di balik drama mengkhawatirkan yang ditayangkan BBC pada Februari lalu yang menggambarkan Perang Dunia III. Dalam skenario itu mantan pejabat Inggris melakukan simulasi yang melibatkan plot Rusia untuk mendukung separatis etnis Rusia di Latvia timur. Latihan berakhir dengan konflik nuklir skala penuh.
NATO telah memutuskan untuk memperkuat kehadirannya di negara-negara Baltik, untuk menunjukkan bahwa ia memiliki komitmen yang kredibel untuk membela negara anggota.
Pada tahun 2014 Amerika Serikat meluncurkan European Reassurance Initiative, , yang melibatkan rotasi brigade AS ke Polandia dan negara-negara Baltik, menempatkan peralatan militer canggih, dan bantuan militer. Bulan lalu Menteri Pertahanan AS Ashton Carter mengusulkan meningkatkan pendanaan untuk inisiatif ini dari US$789 juta menjadi US$3,4 miliar pada anggaran 2017.
Kita bisa melihat Rusia dan Barat, telah melakukan perencanaan ulang terhadap pertahanan nuklir, didorong skenario kasus terburuk
Menteri Pertahanan Inggris Michael Fallon mengatakan tahun lalu bahwa Moskow telah “menurunkan ambang batas” untuk penggunaan nuklir setelah Crimea, dan bahwa ini harus diimbangi dengan modernisasi persenjataan nuklir Inggris. Para pejabat Inggris telah mendesak NATO untuk mengembalikan perencanaan latihan Perang Dingin, untuk transisi dari konvensional ke perang nuklir.