Kementerian Pertahanan Rusia telah mengumumkan ‘sayembara’ bagi siapa saja yang mampu membangun sebuah sistem yang mampu mendeteksi dan membuktikan sebuah kasus ketika AS menguji senjata strategis baru yang melanggar perjanjian pembatasan rudal New START.
Bagi siapa yang memiliki kemampuan untuk membangun sistem itu maka akan dihadiahi dengan tender senilai lebih dari 72 juta rubel atau sekitar US$1,1 juta atau ya kurang lebih sekitar Rp14,4 miliar.
Dana ini akan digunakan untuk untuk penelitian dan pengembangan kompleks hardware dan software yang disebut ‘Paritet’ (bahasa Rusia yang berarti ‘paritas’).
Sistem ini harus mampu mengumpulkan dan memproses data pada setiap tes rudal balistik yang dilakukan oleh Amerika Serikat, termasuk peluncuran dari kapal selam, dan menginformasikan kepada militer dan politisi Rusia saat tes melanggar Perjanjian Pengurangan Senjata Strategis, juga dikenal sebagai New START yang ditandatangani pada 2010.
Sebagaimana dilaporkan Russia Today Kamis 28 Juli 2016, tender menyatakan bahwa sistem harus menggabungkan karakteristik umum dari tes, data dari monitor onboard, serta informasi tentang jenis dan lintasan dari senjata yang diuji.
Rusia dan Amerika Serikat telah berulang kali saling menuduh tentang pelanggaran New START. Washington mengatakan Rusia mengulur-ulur pengurangan senjata, sementara para pemimpin Rusia mengatakan AS sedang mengembangkan senjata baru, termasuk senjata konvensional presisi tinggi yang secara efektif akan membuat perjanjian tidak berguna.
Kurangnya kerjasama dari pihak AS menyebabkan Presiden Rusia Vladimir Putin tidak mau menghadiri KTT Keamanan Nuklir yang berlangsung di Washington pada bulan Maret-April tahun ini.
“Kami menghadapi kekurangan kerjasama pada isu-isu dan topik masalah ini. Itu sebabnya dalam kasus ini tidak ada partisipasi dari pihak Rusia,” kata sekretaris pers Putin, Dmitry Peskov, kepada wartawan mengomentari keputusan Putin kala itu.
Dia menambahkan bahwa Rusia dan Amerika Serikat akan melanjutkan pembicaraan bilateral pada keamanan nuklir.
Juga di bulan Maret, Presiden AS Barack Obama menerbitkan sebuah artikel di Washington Post di mana ia mengusulkan untuk menegosiasikan pengurangan stok senjata nuklir, meratifikasi Comprehensive Test Ban Treaty, dan menandatangani perjanjian baru untuk mengakhiri produksi bahan fisil untuk senjata nuklir.
Sebagai tanggapan, kepala Komite Parlemen Rusia untuk Hubungan Internasional, Aleksey Pushkov, mengatakan bahwa pembicaraan tersebut akan menjadi sia-sia sampai kedua negara memulihkan hubungan normal. Dia menambahkan bahwa hubungan telah dihancurkan oleh Obama dan pemerintahannya.
Peskov juga mengomentari artikel Obama di Washington Post yang menyebut klaim anti-Rusia yang dibuat oleh presiden AS tidak berdasar.
“Dalam kasus ini, pihak Rusia mempertahankan komitmennya untuk Intermediate-Range Nuclear Forces Treaty (INF). Kita melihat keluhan dalam bidang ini sebagai benar-benar tidak berdasar, “kata pejabat itu kepada pers.
Dia menambahkan bahwa Rusia juga memiliki sejumlah klaim tentang ketidakpatuhan AS terhadap perjanjian INF, tapi dia tidak akan membahas masalah itu di depan umum.
Baca juga:
http://www.jejaktapak.com/2016/04/27/inilah-alasan-kemampuan-nuklir-rusia-melebihi-amerika/