Pada 6 Agustus 1945 Kolonel Paul Tibbets menerbangkan Enola Gay untuk sebuah misi yang akan mengubah sejarah dunia. Misi itu sendiri adalah sederhana, namun aktivitas ilmiah dan industri yang mengarah ke misi sederhana itu sangatlah panjang dan rumit.
Bom atom, “Little Boy,” merupakan hasil dari upaya industri besar yang sangat rumit. Perkembangan bomber B-29 yang mengirimkan bom itu juga bukan masalah sederhana. Untuk misi ini diperlukan sebuah pesawat yang mampu terbang lebih tinggi dan lebih cepat dari setiap pesawat yang ada saat itu.
B-29 secara signifikan harus diluar jangkauan, dan Zero Jepang hanya bisa terbang I langit pada ketinggian yang lebih rendah dari mereka hingga kekuatan udara Amerika leluasa lewat di atas kepala.
Bahkan kinerja tinggi Zero tidak menjadikan pesawat ini mampu mencegat B-29. Kunci keberhasilan B-29 adalah memahami kemampuan musuh dan pesawat mampu mengurangi atau menghilangkan kemampuan Jepang untuk melawan.
Pemahaman tentang kemampuan musuh dan memanfaatkan celah teknologi terus menjadi kekuatan 70 tahun kemudian dengan pengenalan evolusi bomber berikutnya dengan kemampuan siluman di Long Range Strike Bomber, atau LRS-B yang sedang dibangun Northrop Grumman dan telah ditunjuk sebagai B-21.
Seperti 70 tahun yang lalu, bomber terus memainkan peran penting dalam keamanan nasional Amerika. Tidak hanya penting untuk misi konvensional tetapi akan menjadi pembawa sinyal penting dari pencegahan dan jaminan.
Banyak tinta telah tumpah dalam perdebatan pentingnya senjata nuklir dan kebutuhan untuk memodernisasi senjata penuaan. LRS-B sejauh ini telah diselimuti misteri, namun masyarakat yakin bahwa kontrak untuk produksi akan dikeluarkan dalam beberapa minggu mendatang.