Sekitar delapan kapal pesiar China akan menawarkan pelayaran ke Laut China Selatan (LCS) dalam waktu lima tahun mendatang. Ini juga menunjukkan tekat Beijing untuk meneguhkan klaim mereka atas kawasan tersebut.
Sanya Internasional Cruise Develkaaopment Co Ltd, perusahaan yang berkongsi dengan jasa pengiriman Cosco, ditambah China National Travel Service (HK) Group Corp, dan China Communications Constructions Co Ltd, akan membeli lima sampai delapan kapal, demikian keterangan koran pemerintah, China Daily Kamis 21 Juli 2016.
Perusahaan tersebut juga akan membangun dermaga di Sanya, kota wisata pulau bagian selatan, Provinsi Hainan, tulis koran tersebut.
Liu Junli, kepala Sanya International Cruise mengatakan, perusahaan telah membuka layanan kapal pesiar “Mimpi di Laut China Selatan,” seraya menerangkan, pihaknya akan menambah dua kapal pada musim panas mendatang, seperti dikutip harian itu.
Kapal itu akan berlayar di kelompok pulau “bulan sabit”, salah satunya adalah sebagian wilayah kepulauan Paracel.
Pihak tersebut turut “mempertimbangkan pelayaran di Laut China Selatan dalam waktu yang tepat,” tambahnya.
Hotel, vila, dan pertokoan akan dibangun di kepulauan “bulan sabit,” terang koran itu.
Saat ini belum jelas informasi terkait izin kunjungan bagi warga asing dalam pelayaran tersebut, begitupun wilayah yang dikuasai China lainnya di Laut China Selatan.
China mengklaim 90 persen wilayah di Laut China Selatan, perairan kaya energi yang dilintasi kapal dagang senilai lima triliun dolar Amerika Serikat tiap tahunnya.
Perairan itu juga ikut diklaim oleh Brunei, Malaysia, Filipina, Vietnam, dan Taiwan. Adanya sengketa itu berujung pada tingginya jumlah penduduk sipil yang ditempatkan di pulau sekitar LCS.
Pelayaran pertama China ke kepulauan Paracel dijalankan pertama kali oleh Hainan Strait Shipping Co pada 2013. Beijing juga mengaku akan membangun tempat peristirahatan di sekitar Laut China Selatan seperti di Maladewa.
China menolak mengakui keputusan pengadilan arbitrase di Den Haag yang menganulir klaimnya atas LCS, bahkan negara itu memilih tak terlibat dalam proses persidangan yang diajukan oleh Filipina.