Setelah bertahun-tahun mendekam di balik persaingan di rumah dan di luar negeri, produsen pesawat MiG Rusia telah mendapatkan kesempatan hidup kembali. Perusahaan ini tengah membangun 46 jet tempur MiG-29M baru dalam kontrak yang dilaporkan bernilai setidaknya US$2 miliar.
Namun, kabar ini telah muncul cukup lama tetap saja belum ada konfirmasi resmi siapa pembeli pesawat tersebut.
Laporan pemegang saham yang dikeluarkan oleh pemasok komponen MiG telah mengkonfirmasi bahwa order telah benar-benar ada. Dokumen ini menguraikan kesepakatan untuk 92 mesin yang digunakan MiG-29. Dengan dua mesin di setiap jet tempur, kontrak sesuai dengan laporan tersebut terdiri dari 46 jet tempur.
Namun pertanyaannya untuk siapa jet tempur ini dibangun? 46 jet tempur merupakan kesepakatan senjata besar, dan sesuatu yang memang sangat dibutuhkan oleh MiG. Perusahaan ini telah kehilangan beberapa kontrak besar dalam kompetisi jet tempur baik di dalam maupun di luar neger.
Perusahaan ini sebagaimana dikutip Moskow Times, Rabu 20 Juli 2016 juga gagal untuk memenuhi kontrak yang ditandatangani untuk pelanggan utama Rusia seperti India.
“Rusia belum secara resmi mengumumkan kesepakatan karena penundaan pada kontrak sebelumnya. Ketika Anda mengumumkan kesepakatan dan ada sesuatu yang tidak beres, itu akan merusak citra anda secara besar, “kata Yury Barmin, seorang ahli hubungan luar negeri Rusia.
NEXT: SIAPA PEMBELINYA?
Koran Vedomosti Rusia pada Mei tahun lalu melaporkan bahwa jet akan ke Mesir sebagai bagian dari kesepakatan senjata senilai US$3,5 miliar yang ditandatangani oleh Presiden Vladimir Putin dan Presiden Mesir Abdel el-Sisi pada bulan April 2015.
Kesepakatan potensial dengan Mesir secara geopolitik cukup masuk akal. Moskow berupaya untuk memantapkan perannya sebagai mitra dan pedagang senjata kepada pemerintah Sisi dengan mengambil keuntungan dari kekosongan yang ditinggalkan oleh Amerika Serikat, yang mulai menjauhkan diri dari Mesir setelah Sisi berkuasa pada 2014.
Mengingat bahwa katalog ekspor Rusia berjumlah sekitar US$14 sampai US$15 miliar per tahun, kontrak MiG sebesar US$ 2 miliar – yang tampaknya dijadwalkan akan dipenuhi selama 2016-2018 – adalah kemenangan besar bagi Rusia.
Mesir menerapkan kebijakan diversifikasi impor pertahanan. Secara historis, telah mempertahankan angkatan udara yang diisi senjata dari Prancis, Amerika, dan Rusia.
Amerika Serikat baru-baru ini memulihkan sebagian hubungan pertahanan dengan Sisi, memberikan selusin jet tempur F-16. Prancis tahun lalu juga memulai pengiriman jet baru ke Mesir. kekuatan MiG Mesir sudah menua dan harus diganti.
Rusia telah mendapatkan banyak manfaat dari downscaled Washington dengan Kairo. Ketika Prancis setuju untuk menjual dua operator helikopter kelas Mistral yang dibangun untuk Rusia sebelum sanksi – ke Mesir, Moskow cepat melangkah untuk mengamankan penawaran guna memasok helikopter yang dirancang kapal-kapal itu.
Mesir juga telah menyatakan minat dalam berbagai sistem senjata buatan Rusia lainnya.
Tapi Mesir bukan satu-satunya calon, kemungkinan lain juga ada. Rusia juga telah berhubungan baik dengan Iran, yang menerbangkan pesawat tua era 1970an buatan Amerika dan Soviet.
Iran akan menjadi pembeli yang masuk akal untuk 46 dari MiG terbaru ini. Namun di bawah kesepakatan nuklir Iran, penawaran senjata ofensif dengan Teheran dapat diveto oleh Dewan Keamanan PBB sampai lima tahun ke depan – sesuatu yang bisa menyulitkan kesepakatan MiG Rusia-Iran.
MiG secara teoritis dapat pergi ke Suriah, tapi tidak jelas bagaimana pemerintah Assad bisa membelinya. India juga secara tradisional membeli pesawat Rusia, tetapi untuk pembelian besar biasanya New Delhi memilih pergi ke Sukhoi, menetapkan produksi lokal sampai batas tertentu, dan MiG juga telah kalah dalam kompetisi pengadaan jet tempur yang akhirnya dimenangkan Rafale.
China, yang selama ini juga jadi pembeli hardware Rusia, tampaknya tidak memiliki kebutuhan untuk jet tempur ringan seperti MiG-29.
NEXT: KESEMPATAN EMAS UNTUK MIG
Masih belum jelas seberapa besar Moskow dapat memanfaatkan kurangnya perhatian Washington untuk Kairo karena berdasarkan data penjualan senjata Rusia ke Mesir pada tahun 2015 turun drastis.
Menurut data yang dikumpulkan oleh Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI) ekspor senjata Rusia ke Mesir turun dari US$75 juta pada 2014 menjadi US$ 30 juta pada 2015. Sebaliknya ekspor AS ke Mesir melonjak dari US$190 juta menjadi US $ 585 juta pada tahun yang sama.
Mengingat bahwa penawaran senjata sering tersebar di beberapa tahun, hal itu masih harus dilihat bagaimana kesepakatan perdagangan militer US$3,5 miliar yang ditandatangani oleh Putin dan Sisi tahun lalu pada dampak statistik ini.
Vadim Kozyulin, seorang ahli perdagangan senjata di PIR Center yang berbasis di Moskow, mengatakan Rusia akan berjuang untuk mengambil alih posisi Amerika Serikat sebagai pedagang senjata utama Mesir.
“[Tapi], kebangkitan kerjasama militer antara Rusia dan Mesir akan membuat kedua negara lebih dekat – tidak hanya dalam hal pengiriman perangkat keras militer, tetapi juga pendidikan dan pelatihan untuk militer Mesir, pasokan suku cadang, upgrade dan modernisasi peralatan di masa depan,” katanya sebagaimana dikutip Moskow Times. “Juga akan ada garansi politik tertentu dalam kasus krisis internasional dan bahkan beberapa tingkat koordinasi politik.”
Sementara industri pertahanan Rusia dapat mengambil manfaat secara keseluruhan dari keterlibatan dilanjutkan dengan Mesir, kontrak 46 jet tempur ini menjadi harapan hidup bagi perusahaan MiG yang sejak runtuhnya Uni Soviet, telah mendekam dibandingkan Sukhoi.
Sejak tahun 1991, Sukhoi telah mengekspor 252 jet tempur yang menurut data IHS tahun lalu mencapai nilai US$15,4 miliar. Sebagai perbandingan, MiG hanya mengekpsor 185 jet dengan keuntungan sebesar US$ 8.6 miliar.
Sukhoi menikmati beberapa keunggulan dibandingkan. jet tempur MiG yang umumnya lebih besar dan lebih mudah beradaptasi dengan berbagai peran tempur.
Ada juga unsur reputasi. MiG telah berjuang untuk memenuhi kontrak besar di masa lalu: Aljazair meminta pengembalian dana pada kontrak MiG-29 senilai US$1,28 miliar pada tahun 2008 karena rendahnya kualitas. Sebagai solusi Aljazair akhirnya diberi Sukhoi Su-30 sebagai gantinya.
Mengingat kinerja masa lalu, landmark kesepakatan MiG di Mesir tidak berarti pasti berhasil.
“Meski Rusia telah secara jelas berusaha mengisi kekosongan yang ditinggalkan oleh pemerintahan Obama di Mesir dan negara-negara lain, Rusia masih memiliki masalah yang signifikan dengan dukungan produk pada peralatannya,” kata Mark Bobbi, seorang analis utama untuk pesawat militer di IHS.
“Mereka tidak akan membuat terobosan besar kecuali dukungan produk dan kualitas produk yang meningkat secara dramatis.”