Tu-160 kemungkinan akan menggantikan Blackjack lama dan Bear. Yang masih jadi tanda tanya dan misteri adalah siapa yang akan mengambil tempat kekuatan pembom menengah Tupolev Tu-22M3 Backfire.
Meskipun Su-34 Fullback yang didasarkan pada Sukhoi Su-27 Flanker sering dianggap sebagai pengganti untuk Su-24 Fencer, Kofman mengatakan Fullback adalah pesawat jauh lebih mampu dengan kinerja menyaingi seorang pembom menengah.
Memang, Su-34-yang telah melakukan misi sangat baik di Suriah mungkin pada akhirnya berfungsi sebagai pengganti Su-24 dan Tu-22M3, kata Kofman.
Tidak ada cukup alasan logis untuk mengembangkan pengganti yang didedikasikan untuk Backfire ketika Fullback bisa mengisi peran dan jauh lebih fleksibel pada saat yang sama.
Su-34 memiliki kemampuan terbang jarak jauh, sensor dan muatan untuk melakukan misi anti-kapal yang selama ini jadi tugas Backfire ini, tetapi Fullback kemungkinan akan perlu menggunakan rudal anti-kapal lebih kecil dari rudal besar Raduga Kh-22 (AS-4 Kitchen) yang dipasang ke Tu-22M3.
Meskipun demikian, Kofman mengatakan bahwa tidak ada alasan senjata seperti P-800 Oniks tidak bisa dilakukan oleh Fullback. Dia mencatat bahwa Su-30MKI India akan membawa BrahMos, varian P-800 yang pada dasarnya adalah versi sedikit kurang mampu dari BrahMos.
Penambahan P-800 akan memberikan Su-34 kemamuan pukulan jarak jauh yang bisa dibilang lebih tangguh daripada Kh-22 milik Fullback yang hanya bisa membawa satu Oniks rudal pada suatu waktu.
Intinya untuk armada bomber Rusia adalah bahwa meski menggunakan armada lama era Soviet, investasi dalam teknologi rudal canggih akhirnya membayar kekurangan ini.
Rudal seperti Kh-101 dan Kh-102 akan mampu menutup kelemahan bomber yang tidak bisa masuk wilayah musuh karena tidak memiliki sifat siluman.
Jadi sementara kekuatan bomber Rusia masa depan kemungkinan memanfaatkan airframes yang sama seperti yang mereka miliki dalam dekade terakhir, pesawat yang akan membawa senjata yang lebih mampu.
