
F-105F terbang pertama dalam misi Iron Hand di pertengahan 1966. Ini adalah misi yang paling berbahaya dari perang karena Wild Weasel harus tiba di daerah sasaran sebelum pasukan tempur lain dan tetap tinggal di medan perang sampai semua pesawat menyelesaikan serangan mereka (Inilah yang menjadikan motto mereka “First In, Last Out ” sehingga peluang mereka terkena tembakan musuh (bisa pesawat MiG, AAA dan SAM) lebih lama daripada yang lain.
Kekuatan pesawat serangan harus masuk dan keluar secepat mungkin sementara Weasel harus bertahan untuk waktu yang lama.
Setelah sebelumnya terbang dengan F-100F, Kolonel Edward Rock kemudian menerbangkan “Buk” pada misi Iron Hand. Dia menulis pengalamannya sortie pertamanya dengan F-105F dalam bukunya First In, Last Out:
“Misi tempur pertama saya pada 11 Juli 1966. Dan itu biasa-biasa saja kecuali itu adalah pertama kalinya aku melihat Radar Homing dan tanda peringatan yang menyala seperti pohon Natal saat radar mencoba untuk melacak. Selain itu, setiap radar membuat suara sendiri.
Radar SAM tanda aural yang sangat khas yang terdengar seperti ular yang akan menyerang. Lampu dan suara yang cukup untuk menakut-nakuti Anda. ”
Tetapi tahap awal Wild Weasel tidak sukses. Tingkat kerugian masih tinggi. Pada bulan pertama dari misi ini yakni pada bulan Juli 1966, sebelas pesawat aktif di Vietnam, tapi dalam satu bulan lima hilang akibat ditembak musuh. Untuk mengurangi kerugian, beberapa perbaikan dilakukan, seperti penggunaan rudal AGM-78 Standard dengan hulu ledak 220 pon yang bisa ditembakkan dari jarak 60 mil.
Namun fitur yang paling penting adalah pengenalan pod ECM ALQ-101 untuk mengurangi efektivitas radar pertahanan. Setelah pod ini dipasang secara permanen, F-105F kemudian ditunjuk sebagia F-105G.

Namun, meski dengan semua perbaikan ini misi Weald Weasel tetap menjadi teknis yang berisiko untuk awak pesawat F-105. Tetapi tindakan mereka menjadi kunci penting kesuksesan serangan target penting.
Seperti yang terjadi pada Merlyn Dethlefsen dan petugas EWO (Electronic Warfare Officer) Mike Gilroy, Maret 1967: “Meskipun pesawat rusak oleh AAA, mereka tetap berhasil menghancurkan situs SAM dan AAA di sebuah daerah hingga memungkinkan pesawat pembom tempur untuk menyerang target industri yang penting tanpa kehilangan atau kerusakan [pesawat]. ”