Korea Utara memulai lagi tradisi lama yang sudah 16 tahun ditinggalkan yakni mengirimkan pesan rahasia kepada para intelijen melalui siaran radio. Sebuah cara mengirimkan pesan yang sangat tenar di era Perang Dingin.
Korea Utara menyiarkan kode-kode berupa nomor-nomor yang dipastikan hanya para intelijen yang memahami. Pada masa lalu cara ini digunakan untuk mengirimkan pesan kepada agen di lapangan. Di zaman modern di mana sudah ada ponsel, cara ini dinilai masih lebih aman karena tidak bisa disadap. Hanya intelijen yang yang memahami.
Kode-kode rahasia disiarkan secara eksklusif oleh stasiun radio propaganda JoongAng Ilbo yang ditayangkan dalam segmen 12 menit. Sejak tahun 2000, Korea Utara tidak lagi menggunakan cara ini.
Siaran radio berkode dimulai pukul 12:45 pagi pada hari Jumat 15 Juli 2016 ketika seorang penyiar perempuan yang tidak disebutkan namanya memulai segmen dengan mengatakan, “Mulai sekarang, saya akan memberikan pekerjaan untuk subjek matematika di bawah kurikulum universitas pendidikan jarak jauh untuk agen eksplorasi biro-27. ”
Baca juga:
http://www.jejaktapak.com/2016/05/24/mengintip-misteri-militer-korea-utara/
Pembaca berita melanjutkan dengan mengatakan, “Pada halaman 459, pertanyaan nomor 35, di halaman 913, pertanyaan nomor 55, di halaman 135, pertanyaan nomor 86, di halaman 257, pertanyaan nomor 2,” diikuti dengan berbagai nomor lain sampai 00:57
Intelijen Korea Selatan akrab dengan penggunaan komunikasi kuno Korea Utara seperti pada puncak era Perang Dingin ketika kedua Korea juga di puncak ketegangan.
Korea Joongan Daily melaporkan Selasa 19 Juli 2016, komunitas intelijen Korea Selatan tengah berusaha untuk mencari tahu mengapa Pyongyang kembali ke jenis komunikasi kuno tersebut, khususnya di era digital saat itu bisa saja diberikan perintah melalui internet.
Kabar ini juga menempatkan pemerintah Selatan dalam siaga tinggi atas kemungkinan serangan terhadap fasilitas di Selatan oleh agen yang dikirim oleh Utara.
Yang membuat khawatir, waktu siaran juga hanya satu minggu setelah keputusan Seoul untuk menyebarkan sistem rudal pertahanan buatan AS dikenal sebagai Terminal High Altitude Area Defense (THAAD), yang mendapat protes tajam dari Pyongyang dan Beijing.
Baca juga: