Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan dengan lantang menunjukkan jarinya kepada Fethullah Gulen. Sosok ini disebut sebagai otak yang mendalangi upaya kudeta militer yang gagal pada Jumat 15 Juli 2016. Siapa sebenarnya Gulen?
Erdogan dan Gulen telah berada di pusat persaingan politik Turki yang mewakili dua kutub paling kuat di negara tersebut yakni kaum sekuler yang didukung militer dan Islam yang berpusat pada Erdogan dan Partai AKP.
Persaingan dua kubu ini telah menjadi salah satu yang mendestabilisasi salah satu sekutu Amerika paling penting di Timur Tengah.
SIAPA PRIA MISTERIUS INI?
CNN melaporkan Gulen berusia 75 tahun pergi ke pengasingan ketika ia pindah dari Turki ke Amerika Serikat pada tahun 1999 dan menetap di Saylorsburg, Pennsyvlania. Dia jarang berbicara kepada wartawan dan telah menolak permintaan wawancara dari CNN selama lebih dari empat tahun.
Pendukung menggambarkan Gulen sebagai ulama Muslim moderat yang sangat mumpuni dalam dialog lintas agama. Sebuah video menunjukkan dia bertemu dengan Paus Yohanes Paulus II di Vatikan pada 1990-an. Dia juga sering bertemu dengan para rabbi dan pendeta Kristen di Turki.
Gulen memiliki pengikut setia – yang dikenal sebagai Gulenists – di Turki, yang semuanya bagian dari gerakan Hizmet.
Hizmet adalah inisiatif global yang terinspirasi oleh Gulen, yang The New York Times telah menggambarkan sebagai kelompok Islam Sunni moderat, pro-Barat. Gerakan ini banyak menarik minat orang Turki yang terdidik dan professional.
Organisasi non-pemerintah yang didirikan oleh gerakan Hizmet, termasuk ratusan sekolah sekuler, pusat bimbingan belajar gratis, rumah sakit dan lembaga bantuan, dibangun untuk menghadapi berbagai masalah sosial Turki.
Mereka juga menelurkan jaringan sekolah dan universitas global yang beroperasi di lebih dari 100 negara.
Di Amerika Serikat, kerajaan akademik ini meliputi Harmony Public Schools, jaringan sekolah terbesar di Texas. Di Turki, relawan gerakan Gulen juga memiliki stasiun TV sendiri, surat kabar dengan sirkulasi terbesar, tambang emas dan setidaknya satu bank Turki.
OTAK KUDETA ATAU KAMBING HITAM?
Setelah gelombang kekerasan melanda Turki pada Jumat malam yang menewaskan sedikitnya 161 orang tewas, Erdogan langsung mengatakan Gulen sebagai sosok yang dianggap paling bertanggung jawab.
“Saya menyerukan kepada Amerika Serikat dan Presiden Barack Obama. Dear Mr Presiden, saya katakan ini sebelumnya. Entah menangkap Fethullah Gulen atau mengembalikannya ke Turki. Anda tidak mendengarkan. Saya meminta lagi ke Anda, setelah ada upaya kudeta untuk mengekstradisi orang ini dari Pennsylvania ke Turki! Jika kita adalah mitra strategis, lakukan apa yang perlu dilakukan,” kata Erdogan.
Dalam sebuah pernyataan, Gulen membantah keterkaitan dengan upaya kudeta.
“Sebagai seseorang yang menderita di bawah beberapa kudeta militer selama lima dekade terakhir, sangat menghina menuduh saya memiliki link ke usaha semacam itu. Saya tegas membantah tuduhan tersebut,” kata Gulen.
Pendukungnya dari Alliance for Shared Values on Developments juga membantah keterlibatan Gulen dalam sebuah pernyataan yang dirilis pada hari Jumat.
“Selama lebih dari 40 tahun, Fethullah Gulen dan Hizmet telah menyerukan dan menunjukkan komitmen untuk, perdamaian dan demokrasi. Kami mengutuk setiap intervensi militer dalam politik dalam negeri Turki. Komentar oleh kalangan pro-Erdogan tentang gerakan yang sangat tidak bertanggung jawab,” kata kelompok itu.
BUKAN TUDUHAN KUDETA PERTAMA
Pemerintah Turki juga menuduh pendukung Gulen untuk menjadi ujung tombak upaya kudeta yang gagal di Turki pada Januari 2014.
Erdogan, seorang konservatif religius, telah membandingkan Gulen dan pendukungnya sebagai virus dan mengkultuskan pembunuh abad pertengahan.
Dalam sebuah wawancara dengan CNN pada saat itu, seorang pejabat tinggi dari partai berkuasa AKP Erdogan menyebut gerakan Gulen sebuah “kolom kelima” yang telah menyusup kepolisian Turki dan peradilan.
“Kita dihadapkan oleh struktur yang tidak menerima perintah dari dalam rantai komando negara,” kata anggota parlemen dan wakil ketua AKP Mahir Unal CNN. “Sebaliknya, dibutuhkan perintah dari luar negara.”
Selama pertempuran2014, dalam sebuah wawancara email langka yang diterbitkan dalam The Wall Street Journal, Gulen membantah terlibat dalam konspirasi politik.
“Kami tidak akan pernah menjadi bagian dari plot terhadap orang-orang yang memerintah negara kita,” tulisnya.
Persaingan antara kedua tokoh ini sudah berlangsung sangat lama. Padahal Gulen sempat bersekutu dengan Erdogan hingga kemudian Gulen mengkritik prakrik korupsi di pemerintahan Erdogan tahun 2013. Sejak itu hubungan keduanya memburuk. Sekolah-sekolah milik Gulen ditutup di Turki.