Site icon

Buntut Upaya Kudeta, Operasi Udara Anti-ISIS dari Incirlik Terhenti

F-15 Amerika di Pangkalan Incirlik /USAF

Pihak berwenang Turki pada Sabtu menghentikan setidaknya untuk sementara, semua misi serangan yang dipimpin Amerika terhadap ISIS yang terbang dari pangkalan udara Incirlik.

“Pemerintah Turki telah menutup wilayah udaranya untuk pesawat militer, dan sebagai hasilnya operasi udara di Incirlik Air Base telah dihentikan pada saat ini,” Peter Cook, juru bicara Pentagon sebagaimana dikutip New York Times Sabtu 16 Juli 2016.

Cook mengatakan para pejabat Amerika Serikat yang “bekerja dengan Turki untuk melanjutkan operasi udara sana secepat mungkin.”

Sementara itu, kata dia, militer Komando Pusat Amerika akan mengubah operasi penerbangan dalam upaya  untuk meminimalkan efek dari kampanye terhadap ISIS.

Sebelumnya para pejabat Pentagon mengatakan Jumat bahwa kudeta berlangsung tidak mempengaruhi misi pengeboman dan pengawasan dari Incirlik.

Di Incirlik, Amerika Serikat telah menempatkan pesawat serangan A-10, tanker pengisian bahan bakar KC-135 dan pesawat pengintai, termasuk drone bersenjata.

Angkatan Udara mengatakan pesawat pengisian bahan bakar Amerika di Incirlik menangani sekitar sepertiga dari operasi pengisian bahan bakar untuk perang udara di atas Irak dan Suriah.

Penggunaan pangkalan ini meningkatkan lamanya pesawat tempur Amerika dan sekutu lainnya untuk melakukan operasi karena jaraknya dekat dari Irak dan Suriah.

Misi serangan pesawat berawak dan tak berawak, serta misi pengintaian dari Incirlik selisih beberapa jam dibandingkan pesawat yang berangkat dari Teluk Persia. Hal ini menjadikan Incirlik telah membuat perbedaan besar dalam perang melawan ISIS. Komandan Amerika mengatakan kehilangan keuntungan yang signifikan akan menghambat operasi.

Di Diyarbakir, pangkalan Turki lain, Angkatan Udara mulai menempatkan sejumlah kecil pasukan Amerika musim gugur yang lalu untuk operasi penyelamatan setiap pilot atau awak penerbangan yang jatuh selama misi.

Rencana Pentagon untuk menempatkan sistem roket mobile yang dikenal sebagai High Mobility Artillery Rocket System (HIMARS)  di suatu tempat di Turki untuk mendukung Amerika Serikat operasi di Suriah juga bisa dalam bahaya.

Para analis mengatakan upaya kudeta terbaru menggarisbawahi unsur-unsur dalam militer telah frustrasi dengan arah Turki di bawah Presiden Recep Tayyip Erdogan, seorang Muslim religius dan konservatif.

Exit mobile version