Pasukan Belanda bersiap menarik tujuh helikopter dari tugas penjaga perdamaian PBB di Mali. Padahal helikopter itu sangat dipeerlukan dan tidak ada kejelasan tentang bagaimana mereka akan diganti.
“Belanda menunjukkan keinginan menarik helikopter militer,” kata juru bicara penjaga perdamaian PBB Nick Birnback.
“Empat helikopter serang itu penting untuk misi, untuk mencegah dan membalas serangan,” katanya, dengan menambahkan bahwa tiga helikopter utilitas juga ditarik dari tugas itu.
Dia mengatakan PBB sedang melakukan konsultasi dengan negara-negara lain untuk menentukan pilihan yang mungkin tersedia.
Penarikan itu dilakukan saat ketidakamanan memburuk di Mali utara. Kelompok keras meningkatkan serangan terhadap lebih dari 11.000 prajurit penjaga perdamaian, serta warga sipil dan pejabat pemerintah Mali. PBB berencana untuk meningkatkan misi dengan menambah 2.500 prajurit penjaga perdamaian.
Dua penjaga perdamaian Belanda tewas oleh ledakan mortir dalam latihan pekan lalu, korban terbaru di tempat paling mematikan di dunia bagi pasukan penjaga perdamaian. Sekitar 400 tentara Belanda bertugas di Mali.
Baca juga:
http://www.jejaktapak.com/2016/05/23/inilah-4-helikopter-serang-paling-ganas-sepanjang-masa/
Pasukan Prancis campur tangan pada 2013 untuk memukul mundur milisi yang telah membajak pemberontakan Tuareg untuk merebut gurun Mali utara pada tahun 2012, namun serangan milisi berlanjut, termasuk satu yang menewaskan dua tentara penjaga perdamaian pada akhir bulan lalu.
Selain serangan milisi, kerusuhan sosial terkait dengan ketidakpuasan dengan kesepakatan damai yang ditandatangani tahun lalu juga merusak upaya perdamaian. Protes berubah menjadi kekerasan pekan ini ketika militer menembaki kerumunan.
Presiden Mali Ibrahim Keita “menyatakan penyesalan mendalam” dalam pidato khusus di televisi pada Kamis atas pembunuhan tiga pemuda oleh tentara dalam protes itu, dan kekerasan lainnya yang terjadi di Mali. “Insiden yang disesalkan dan bisa dihindari,” katanya,
“Saya menyerukan semua warga untuk tetap tenang dan mengupayakan dialog…untuk menyelesaikan krisis.” Sebelumnya, UNESCO mengatakan bahwa Loka Pusaka Dunia di Mali tengah yang berupa rumah lumpur pra-Islam terancam rusak karena tidak mendapat perlindungan memadai di tengah ketidakamanan.
Kota Tua Djenna mencakup empat tempat kuno dengan hampir 2.000 rumah, yang fasad dekoratifnya utuh sejak abad ke-3 Sebelum Masehi.
Bangunan itu sangat terkenal di Mali, yang juga memiliki kota kuno Timbuktu. Panitia Pusaka Dunia mengatakan ketidakamanan menghalangi langkah untuk melindungi temat itu dari kerusakan bahan bangunan, urbanisasi dan erosi.
Mali menghadapi ancaman dari militan, serta politik separatis di utara.”Pemerintah Mali sedang menghadapi banyak tantangan,” kata Edmond Moukala, kepala Pusaka Dunia UNESCO di Afrika. Keprihatinan tambahan muncul ketika tim yang mengunjungi tempat itu pada tahun ini menemukan tanda kerusakan.
Baca juga:
http://www.jejaktapak.com/2015/11/04/10-helikopter-paling-berpengaruh-di-dunia/