Prancis Perpanjang Masa Darurat 3 Bulan

Prancis Perpanjang Masa Darurat 3 Bulan

Pria bersenjata pengemudi truk menabrak kerumunan perayaan Hari Bastille di Kota Nice, Prancis dan menewaskan sedikit-dikitnya 84 orang serta melukai puluhan lagi dalam peristiwa disebut Presiden Francois Hollande sebagai ulah teroris.

Penyerang itu, yang dikenali sumber polisi sebagai pria Prancis kelahiran Tunisia berusia 31 tahun, juga melepaskan tembakan sebelum polisi menembaknya hingga tewas.

Meski Hollande menyebut ini sebagai ulah teroris, sumber kepolisian mengatakan pelaku melakukan sejumlah kejahatan namun tidak memiliki catatan intelijen, kata sumber itu.

Menteri Dalam Negeri Bernard Cazeneuve mengatakan 18 korban cedera berada dalam keadaan gawat setelah truk 25 ton berjalan zigzag sepanjang pinggir laut Promenade des Anglais saat perayaan kembang api menandai akhir peringatan hari nasional Prancis pada sekitar pukul 10.30 waktu setempat.

Serangan itu, yang terjadi delapan bulan dan sehari setelah kelompok bersenjata ISIS dan pembom bunuh diri menyerang Paris.

Hollande mengatakan dalam pidato menjelang fajar bahwa ia memanggil militer dan polisi cadangan untuk meringankan tugas pasukan yang telah bekerja sejak keadaan darurat dimulai setelah kelompok milisi menewaskan 130 orang di ibukota Perancis pada bulan November.

Hanya beberapa jam sebelumnya Hollande mengumumkan keadaan darurat akan dicabut pada akhir Juli, tapi presiden mengatakan bahwa setelah serangan ini, di mana beberapa anak-anak tewas, keadaan darurat akan diperpanjang tiga bulan lagi.

“Prancis diisi dengan kesedihan tragedi baru ini,” katanya. Pejabat mengatakan ratusan terluka saat sopir menabrak kerumunan di sepanjang tepi laut, menabrak mereka dengan ceroboh. Seorang pejabat pemerintah setempat mengatakan senjata dan granat ditemukan di dalam truk itu.

Truk itu, kendaraan sewa menurut pejabat setempat, masih berada di lokasi kejadian dengan kaca depan yang penuh dengan peluru. Hollande menyebut tragedi yang terjadi pada hari di saat warga Prancis memperingati penyerbuan revolusioner penjara Bastille di Paris pada 1789 itu sebagai serangan terhadap kebebasan oleh kelompok fanatik yang memandang rendah hak asasi manusia.