Kecepatan Membunuh
Mantan CEO BrahMos Aerospace A. Sivathanu Pillai menyampaikan pada Defenseworld bahwa kecepatan tinggi misil ini dikombinasikan dengan bobot yang tergolong berat membuatnya 15 kali lebih mematikan dibanding misil antikapal konvensional.
“Misil antikapal lainnya hanya akan meninggalkan lubang di lambung kapal saat menyerang, tapi misil BrahMos dapat menghancurkan target sepenuhnya. Dalam uji coba misil anti-kapal di India, kapal target hancur berkeping-keping,” katanya.
James Holmes, seorang profesor rekanan di US Naval War College, menjelaskan dinamika penghancuran yang dilakukan BrahMos.
“Kecepatan tinggi misil ini menekan waktu yang dimiliki pihak musuh untuk merespons — dan waktu adalah faktor kritis dalam konteks detect-to-engage,” katanya.
Hal ini memungkinkan kru mengambil langkah balasan elektronik, meluncurkan rudal permukaan-ke-udara, meluncurkan umpan, atau — sebagai upaya terakhir — menangkis rudal musuh yang datang dengan senjata jarak pendek.
Semakin pendek waktu detect-to-engage, makin sedikit putaran atau penanggulangan di udara untuk menghentikan atau menangkis serangan. Namun, ada keuntungan tersembunyi lain selain kecepatan tinggi.
Kecepatan menanamkan energi kinetik bagi semua benda bergerak. Oleh karena itu, sebuah benda menciptakan kerusakan yang lebih parah saat menghantam benda lain dalam kecepatan tinggi.
Kecepatan tinggi meningkatkan kekuatan hantaman misil di atas kekuatan ledakan yang dirancang dalam muatannya.”
Dengan kecepatan misil dan jangkauan hampir 300 km, musuh Vietnam mungkin tak bisa meluncurkan serangan pertama mereka dalam pertempuran. Mereka mungkin masih kaget selama beberapa saat sebelum menyerang balik.
Strategy Page melaporkan Rusia dan India tertarik untuk merancang BrahMos 2, yang akan menggunakan mesin scramjet, menggantikan ramjet, di level kedua. Hal ini akan meningkatkan kecepatan misil dua kali lipat dan lebih sulit ditangkis.