Laporan awal yang masuk ke pusat operasi Baghdad tampak tidak masuk akal: Sebuah konvoi puluhan kendaraan ISIS bersiap-siap untuk melarikan diri dari pasukan Irak di Fallujah.
Sebuah drone surveilans dikirim ke daerah itu untuk mengkonfirmasi laporan. Staf perwira berkumpul di sekitar layar dan menatap tak percaya karena jumlah kendaraan terus berkembang, para militan tampaknya tidak menyadari target mereka dipantau dari udara.
Ini adalah kesempatan belum pernah terjadi sebelumnya. ISIS selama ini selalu menghindari berkumpul dalam jumlah besar untuk menghindari serangan udara oleh koalisi pimpinan AS.
Sekarang militan berkerumun dalam kemacetan lalu lintas selatan kota yang kemungkinan karena kemunduran panic dari Fallujah, sekitar 35 mil barat dari Baghdad. “Tidak ada yang hilang itu,” kata Mayjen. Jay Silveria, wakil komandan Komando Pusat Angkatan Udara AS sebagaimana dikutip USA Today Selasa 12 Juli 2016.
Ketika kemudian serangan dilakukan pada akhir Juni lalu, setidaknya 348 militan tewas dan lebih dari 200 kendaraan hancur, termasuk bom truck. Ini adalah salah satu serangan tunggal paling mematikan ke ISIS sejak kelompok militan itu menyapu ke Irak hampir tanpa lawan dua tahun lalu. “Ini akan mengubah kalkulus mereka di sisa kampanye ini,” kata Silveria.
Akhir pekan lalu, pasukan Irak yang didukung AS mengambil alih pangkalan udara utama yang akan berfungsi sebagai area untuk serangan merebut kembali Mosul, kota terbesar kedua Irak, dari ISIS. Pentagon mengumumkan Senin akan mengirim tambahan 560 tentara AS untuk memanfaatkan momentum tersebut.
Dua minggu sebelumnya, diperkirakan 29 pesawat koalisi – termasuk B-52, A-10, F-15, F/A-18, Typhoon Inggris dan predator drone memukul konvoi ISIS dengan menjatuhkan lebih dari 70 bom dan rudal selama beberapa hari.
“Ini indikasi kepemimpinan mereka telah patah,” kata Silveria dalam sebuah wawancara dengan USA Today.
“Ini cukup jelas menggambarkan mereka membuat penilaian buruk pada pasukan keamanan Irak yang bergerak mendekat dan kemudian mereka membuat penilaian yang buruk tentang apa yang harus diambil untuk mereka untuk keluar dari sana.”
Bahkan ketika ISIS kehilangan wilayah dalam pertempuran besar lainnya, para militan berhasil mundur terorganisir, melarikan diri dalam kelompok-kelompok kecil dan kembali bertemu di tempat lain.
Tetapi di Fallujah situasi yang dialami ISIS kacau balau. Pasukan Irak hanya butuh waktu sekitar lima minggu untuk merebut kota tersebut. Sangat cepat jika dibandingkan dengan ketika merebut Ramadi, kota Sunni besar lain di Irak barat yang kala itu membutuhkan waktu sekitar lima bulan dan berakhir Desember lalu.
Meski ISIS kehilangan wilayah dan tentara mereka terbukti masih cukup kuat. Tetapi situasi yang dialami memaksa ISIS semakin beralih ke serangan teror terhadap warga sipil. Pada awal Juli, pemboman besar-besaran di Baghdad menewaskan sekitar 200 orang.
Dalam laporan terbaru IHS, kelompok konsultan yang melacak ISIS memprediksi serangan teror akan meningkat karena ISIS didorong keluar dari wilayahnya di Irak dan Suriah.
Pentagon mengatakan pergeseran taktik ISIS tidak memerlukan militer AS untuk merombak strategi.
“Pengetatan serangan sekitar ISIS di Irak akan membuat lebih sulit bagi mereka untuk melakukan serangan di tempat-tempat seperti Baghdad,” kata Sekretaris Pers Pentagon Peter Cook.
NEXT: DETIL SERANGAN PALING MEMATIKAN
SERANGAN MEMATIKAN FALLUJAH
Fallujah adalah sebuah kota di provinsi Irak Al Anbar, yang terletak kira-kira 69 kilometer sebelah barat Baghdad dan terletak di tepi Efrat. Fallujah sudah ada sejak zaman Babilonia.
Kota ini tumbuh dari sebuah kota kecil di tahun 1947 dengan populasi 275.128 jiwa pada tahun 2011. Di Irak, kota ini dikenal sebagai “kota masjid” karena memiliki lebih dari 200 masjid yang ditemukan di kota dan desa-desa sekitarnya.
Sejak Januari 2014, kota itu telah dikuasai oleh ISIS. Pada tanggal 23 Mei 2016, pasukan Irak mengumumkan memuali operasi merebut kembali Fallujah dari ISIS. Pada 26 Juni 2016 kota itu dinyatakan sepenuhnya dibebaskan oleh tentara Irak.
Seperti ditulis sebelumnya rencana untuk melakukan serangan mematikan di Fallujah mulai terbentuk ketika laporan dari konvoi di dekat persimpangan jalan raya selatan kota mulai masuk ke markas operasi di Baghdad 27 Juni malam.
Pada saat itu, pasukan keamanan Irak masih membersihkan kantong-kantong perlawanan di Fallujah.
Petugas kemudian mengirimkan drone surveilans dan mulai mempelajari gambar, tetapi mereka tidak bisa positif mengidentifikasi semua kendaraan untuk memastikan tidak ada warga sipil berada di dalam.
Keesokan harinya, mereka resmi memulai serangan udara terhadap sasaran-sasaran yang jelas yang bisa dikonfirmasi, termasuk truk yang membawa senapan mesin, kendaraan bom dan truk berat lapis baja. Beberapa pickup yang membawa pejuang bersenjata menumpuk di belakang.
Para petugas koalisi terus memantau sepanjang hari. Berdasarkan perhitungan Brig. Jenderal Marinir Rick Uribe, Direktur Gabungan Pusat Operasi Baghdad yang diberikan kepada USA TODAY konvoi berkembang menjadi lebih dari 120 kendaraan.
Komandan pasukan kemudian meminta dilakukan serangan dengan menargetkan jalanan untuk menciptakan lubang-lubang besar guna mencegah pasukan ISIS melarikan diri dengan cepat.
Misi ini memberikan waktu lebih banyak pagi petugas koalisi untuk mengidentifikasi untuk benar-benar memastikan target adalah ISIS dan tidak ada warga sipil.
Pada 28 Juni pukul 22:00, konvoi mampu manuver di sekitar kawah bom dan mulai bergerak menuju posisi militer Irak di luar Fallujah.
Para petugas koalisi memperingatkan warga Irak bahwa konvoi itu menuju ke arah mereka, tapi serangan udara belum bisa dilakukan karena tidak memenuhi standar ketat yang ditetapkan untuk menghindari korban sipil.
Sebenarnya pada saat itu telah ada pemindahan kewenangan pemberian izin serangan yang cukup diberikan oleh pejabat di Bagdad. Sebelumnya izin hanya bisa diberikan oleh Komando Sentral AS yang berkantor pusat di Tampa.
Mereka yang memiliki otoritas secara keseluruhan untuk operasi militer di Timur Tengah. “Ini jelas membuat perbedaan dalam bagaimana kecepatan respons kita,” kata Silveria.
Meski begitu, proses kadang-kadang bisa memakan waktu, karena target harus diperiksa oleh tim secara ketat termasuk dari tim legal atau pengacara.
Hari berikutnya, 29 Juni konvoi yang terdiri dari sekitar 40 memisahkan diri dari kelompok utama dan mulai menuju selatan. Sekitar pukul 07:45, petugas koalisi memberi izin serangan udara.
Para militan sudah keluar dari kendaraan dan sedang berusaha membangun jembatan guna menyeberangi “rintangan air”. Itu adalah target utama. Pada 08:10, pesawat koalisi memulai gelombang serangan yang menyapu konvoi.
Sisa konvoi itu ditemukan di padang pasir menuju barat pada pukul 12:45 Pesawat mulai menyerang kendaraan secara individual segera setelah mereka bisa mengidentfikasi bahwa target adalah positif musuh.
Konvoi itu bergerak ke arah perbatasan Irak. Pasukan Irak mengadang mereka di darat dan memukul mundur konvoi, memaksanya untuk berbalik. Pesawat koalisi terus menyerang konvoi sampai setelah 09:00, ketika sedikit yang tersisa dari mereka.
Malam itu juga, koalisi mulai mendapatkan laporan adanya konvoi besar ISIS yang juga terbentuk di Albu Bali, sebuah desa sebelah barat laut dari Fallujah.
Petugas koalisi kembali mengirimkan drone mata-mata dan menegaskan bahwa lebih dari 120 kendaraan yang bergerak.
Artileri Irak mulai menargetkan konvoi. pesawat koalisi kemudian memukul kendaraan paling depan, yang memicu banyak ledakan “sekunder”, menunjukkan kendaraan itu telah memuat bom.
Militan pindah ke mobil atau truk bom lain ke dalam posisi memimpin dan mulai bergerak lagi sekitar satu jam dan 15 menit kemudian. Koalisi kembali menghantam kendaraan paling depan menghentikan konvoi.
https://www.youtube.com/watch?v=jrwSQXS4zgg
Sekitar 50 orang, termasuk perempuan dan anak-anak, melarikan diri dari kendaraan. Ketika perempuan dan anak-anak yang terlihat, koalisi menghentikan serangannya.
Koalisi mengamati konvoi sekitar 60 menit untuk memastikan tidak ada perempuan atau anak-anak di sekitar lokasi dan kemudian menghancurkan sisa kolom dengan serangkaian pemboman dan pemberondongan.
Letkol Udara Chris Karns, seorang juru bicara militer mengatakan dari data intelijen yang dikumpulkan oleh perintah koalisi menyimpulkan bahwa serangan itu sebagai “bencana” bagi kelompok tersebut. “Kami sangat senang memantau kemajuan mereka dan karena mereka membuat kesalahan kami harus mengambil keuntungan dari itu,” kata Silveria.