Pemimpin Jerman dan Turki pada Sabtu bertemu dalam pembicaraan pribadi pertama guna memperbaiki hubungan sejak parlemen Jerman membuat marah Ankara dengan menyatakan pembunuhan massal warga Armenia pada 1915 oleh pasukan Ottoman sebagai genosida.
Kanselir Angela Merkel bertemu dengan Presiden Turki Tayyip Erdogan di sela-sela konferensi tingkat tinggi NATO di Warsawa guna membahas ketegangan dalam hubungan tetapi penting secara strategis.
Hubungan Turki dengan Jerman -mitra vital dalam usaha mengatasi perpindahan massal ke Eropa- terganggu sejak parlemen Jerman (Bundestag) mengesahkan resolusi Armenia pada 2 Juni. Ankara memanggil duta besarnya dan mengancam melakukan pembalasan, yang tak disebutkan.
Turki sejak itu menolak memberikan akses bagi para anggota parlemen Jerman ke pangkalan angkatan udara Incirlik, tempat 250 tentara Jerman berperan serta dalam operasi-operasi NATO melawan militan IS di Irak, menyebabkan kemarahan di Berlin.
“Kami membahas semua isu menonjol,” kata Merkel kepada wartawan dalam jumpa pers singkat, “Suasananya konstruktif … sangat praktis dalam usaha memecahkan konflik-konflik yang ada.” Ketika ditanya apakah masalah itu telah diselesaikan, ia berkata, “Perbedaan tak begitu saja hilang melalui diskusi seperti itu. Tetapi saya yakin bahwa penting kami membicarakannya.” Sumber dekat dengan kepresidenan Turki mengatakan bahwa Erdogan telah menyampaikan kekecewaannya atas resolusi Bundestag kepada Merkel, yang mengatakan ia akan melakukan apa yang bisa dia perbuat guna menjamin hal ini jangan mengganggu hubungan Turki-Jerman.
Sumber tersebut mengatakan Merkel juga menyatakan kepuasannya dengan cara Turki memegang janji mencegah para pengungsi dan migran melintasi laut Aegea ke Yunani setelah lebih satu juta orang masuk membajiri Eropa tahun lalu, sebagian besar berakhir di Jerman.
Sumber Turki itu mengatakan Merkel telah mengangkat isu pangkalan Incirlik dan telah meminta Erdogan memulihkan akses bagi para anggota parlemen, yang telah mengesahkan semua pengeluaran militer dan investasi prasarana di pangkalan itu.
Erdogan menjawab bahwa pangkalan udara itu bukan tempat untuk “pertunjukan publik dan pemasaran” tetapi Turki akan mempertimbangkan permintaan tersebut, kata sumber itu.
Dua pemimpin tersebut juga membahas kerja sama intelejen dalam memerangi pejuang asing yang direkrut IS di Suriah, beberapa di antaranya teklah kembali melancarkan serangan di Eropa.