Peningkatan kemampuan serangan jarak jauh bagi pesawat berbasis kapal induk kerap menjadi diskusi. Tetapi kebutuhan Angkatan Laut Amerika untuk meningkatkan kemampuan superioritas udara sering diabaikan.
Angkatan Laut Amerika tidak lagi memiliki pesawat tempur spesialisasi pertempuran udara ke udarasetelah Grumman F-14 Tomcat keluar dari layanan pada tahun 2006. Bahkan sebelum pensiun Tomcat telah diadaptasi sebagai pesawat serangan setelah ancaman dari Soviet menguap seiring runtuhnya negara tersebut serta berakhirnya Perang Dingin.
Sekarang, ancaman terhadap kapal induk kembali muncul dan sejumlah negara telah membawa pesawat tempur mereka ke udara yang dapat menantang Boeing F/A-18E/F Super Hornet dan Lockheed Martin F-35C Joint Strike Fighter. Perhatian bergeser kembali ke misi yang selama ini diabaikan, terutama di Pasifik Barat.
“Tipe lain dari pesawat baru diperlukan adalah sebuah pesawat tempur superioritas udara,” demikian laporan Hudson Institute baru-baru ini yang berjudul Sharpening the Spear: The Carrier, the Joint Force, and High-End Conflict dan dikutip kontributor The National Interest Seth Cropsey, Bryan McGrath dan Timothy A. Walton.
Laporan ini mencatat bahwa Super Hornet dan F-35C akan sangat ditantang oleh pesawat tempur generasi kelima baru seperti Sukhoi T-50 PAK-FA buatan Rusia dan Chengdu J-20 China.
Bahkan pesawat musuh seperti Su-30SM, Su-35S milik Rusia serta J-11D dan J-15 China bisa menimbulkan ancaman serius bagi armada Super Hornet.
“F/A-18E/F dan F-35C akan menghadapi kekurangan yang signifikan dalam hal supercruising, jarak, tinggi ketinggian, kapasitas rudal pesawat musuh yang besar, seperti T-50, J-20,” tulis National Interest.
Pesawat ini akan mampu secara efektif terlibat dengan kekuatan kapal induk dan menembus pertahanan untuk menyerang unit nilai tinggi, seperti pesawat AEW, pesawat ASW, dan kapal tanker.
F/A-18E/F menghadapi kelemahan parah terkait kecepatan dibandingkan J-11 China. Kecepatan ini akan memberi keuntungan dalam kecepatan kinematik rudal yang ditembakkan di luar jangkauan rudal AIM-120 AS.
Demikian juga F-35C yang menderita masalah akselerasi sangat berkurang dibandingkan dengan jet-jet tempur terbaru. F-35C dioptimalkan sebagai pesawat tempur serang, sehingga menghasilkan profil penerbangan ketinggian menengah, dan kemampuannya saat ini hanya untuk membawa dua rudal AIM- 120 [sampai Blok 3] membatasi kemampuan dalam kondisi elektromagnetik yang kompleks. F-35C tidak pernah dirancang untuk menjadi pesawat tempur superioritas udara.