Drone, Jet Tempur, dan Masa Depan Angkatan Udara AS
USAF

Drone, Jet Tempur, dan Masa Depan Angkatan Udara AS

Mempertahankan Pesawat Tua

f-15 5Angkatan Udara berencana untuk menggunakan robot dan jet tempur baru untuk melakukan misi terbaik mereka dalam menyelinap dan surveil.

Sementara itu mereka bertujuan untuk menggunakan sejumlah pesawat lebih tua untuk melakukan apa yang menjadi kekuatan terbesar mereka yakni membawa beban besar amunisi.

Sebagai misal jet tempur baru F-35 dan bomber B-52 yang tua dapat saling transmisi data dari masing-masing pesawat maka mereka bisa melakukan misi bersama.

F-35 yang membawa sedikit senjata bisa mengandalkan kemampuan siluman untuk menembus pertahanan musuh. Setelah medeteksi target musuh, pesawat bisa mengirimkan koordinat ke B-52 yang masih terbang dengan aman di dalam wilayah sendiri.

B-52 kemudian bisa meluncurkan serangan rudal – yang mungkin hipersonik – untuk menghancurkan target. F-35, sementara itu, bisa tidak terdeteksi karena tidak pernah melepaskan tembakan. Maka bisa lebih mudah menyelinap pergi.

Strategi sama bisa dilakukan oleh sebuah drone siluman  dan pesawat tempur F-15 atau sebuah pesawat tempur berawak dengan software Loyal Wingman yang bisa mengontrol pesawat tempur tak berawak lain.

Dengan cara itu, setiap pesawat melakukan hal terbaik yang bisa dia lakukan, menekankan kekuatan dan mengurangi kelemahan. Selain Loyal Wingman, Angkatan Udara bekerja pada beberapa teknologi bekerja sama.

Mereka merancang pod untuk F-15 yang berisi sistem komunikasi khusus untuk bertukar data dengan siluman F-22. Selain itu menambahkan gear radio yang lebih fleksibel untuk B-52 yang sudah berusia 60 tahun.

B-52 juga bisa mengalami modifikasi lebih lanjut untuk melayani sebagai “pesawat arsenal” yang pada dasarnya adalah gudang senjata yang bisa menyerang target sesuai pesanan yang dikirimkan oleh pesawat tempur yang ada di garis paling depan seperti F-35 atau drone.

Angkatan Udara diharapkan memiliki banyak senjata tua yang besar di tahun 2030-an – bahkan meski menjaga memperoleh drone dan amunisi baru. Kongres perlu untuk mempertahankan setidaknya 1.900 pesawat tempur di persediaan.

Sampai tahun lalu, Angkatan Udara bersikeras bahwa semua pesawat tempurnya menjadi siluman. Mereka berencana membeli 381 F-22 dan lebih dari 1.700 F-35. Dengan asumsi beberapa jet kecelakaan – kepastian statistik – akan memenuhi kebutuhan 1.900-tempur.

Namun pada 2009, Gates membatasi produksi F-22 karena biaya tinggi.

Angkatan Udara hanya membeli 187 F-22, hampir 200 lebih sedikit dari rencana awal. Sementara itu, F-35 mengalami turbulensi desain yang serius. Harga meroket kira-kira US$150 juta  sementara masuknya ke layanan mundur 10 tahun.

Pukulan kembar dengan F-22 lebih sedikit dan peningkatan biaya dan kemunduran F-35  membuat Angkatan Udara harus bekerja keras.

Pentagon mengungkapkan dalam rencana penerbangan tahunan yang  dirilis pada Mei bahwa Angkatan Udara perlu untuk menjaga banyak pesawat tua hingga 2030, terutama F-15 dan F-16. Pesawat dibangun mulai 1980-an, dan Angkatan Udara berencana mempensiun mereka di awal 2000-an.

Sekarang harapan telah berubah secara radikal. “Angkatan Udara akan perlu untuk meng-upgrade dan memperpanjang umur pelayanan F-15 dan F-16,” kata Pentagon.

Tapi pada tahun 2014, Kongres membunuh anggaran US$ 2,8 miliar upaya upgrade sekitar 300 dari 900 pesawat F-16. Angkatan Udara harus bergegas menjaga F-16 yang semakin lelah untuk tetap terbang dengan aman.

Dua puluh tahun dari sekarang, mungkin masih ada ratusan jet tempur ini dalam persediaan Angkatan Udara. Pada saat itu, masalah pemeliharaan mereka kemungkinan akan jauh lebih buruk. Untuk tidak mengatakan kemampuan mereka untuk outfly dan outfight dibanding pesawat baru Rusia atau China.

Untuk F-16 yang berusia 50 tahun untuk bisa bertahan dalam pertempuran udara di 2036, laser, rudal hipersonik dan wingman drone bukan sebuah kebutuhan mewah, tetapi kebutuhan mutlak.

Kabar baiknya adalah bahwa saingan utama Washington di udara juga bergulat dengan masalah yang sama. Angkatan udara Rusia dan China juga mengembangkan pesawat siluman, drone dan senjata hipersonik  dan mereka melakukannya dengan anggaran jauh lebih kecil dari sekitar US$100 miliar milik Angkatan Udara AS.

Pesawat T-50 Rusia telah terhenti lama pada tahap prototipe karena masalah desain. Meskipun jet tempur siluman J-20 China mengalami kemajuan lebih lancar, setelah 10 tahun memiliki kurang memiliki dari total selusin jet.