Gempa susulan Brexit sekarang bergemuruh hingga menggoyang Moskow dan Washington. Goyangan ini bisa menjadi buruk bagi kepentingan militer strategis AS dan baik untuk Rusia.
Sesaat setelah referendum Inggris Kamis lalu yang memutuskan meninggalkan Uni Eropa, Presiden Rusia Vladimir Putin membantah tuduhan Perdana Menteri Inggris David Cameron bahwa ia akan senang melihat Inggris pergi dari Uni Eropa.
Tetapi beberapa pihak di Rusia, dan banyak di seluruh dunia, telah menghitung bahwa apa pun yang mengikis Barat bersatu dan mengarah ke ketidakstabilan di Eropa akan menjadi keuntungan untuk Moskow yang semakin agresif.
Mantan duta besar AS untuk Rusia Michael McFaul menulis di The Washington Post, “Putin, tentu saja, tidak mempengaruhi suara Brexit, tapi ia dan tujuan kebijakan luar negerinya mendapatkan keuntungan yang sangat besar dari itu.”
Dalam postingan di Facebook Jumat 1 Juli 2016, pejabat Kremlin Boris Titov menguraikan bagaimana, hasil pemungutan suara akan “merobek Eropa dari Anglo-Saxon, yaitu, dari Amerika Serikat,” dan memprediksi kedatangan sebuah Eurasia bersatu sekitar 10 tahun lagi.
Ada sejumlah pertanyaan yang menggantung terkait Brexit terutama hubungannya dengan Rusia, NATO dan Amerika. Sejauh mana Brexit dan Uni Eropa tanpa Inggris mempengaruhi situasi dengan Rusia dan NATO? Mari kita jawab satu per satu pertanyaannya.