Kementerian Pertahanan Jepang melangkah maju dalam program jet tempur masa depan dengan mengajukan permintaan informasi untuk pesawat tempur generasi baru. Kementerian Jepang memunculkan tiga alternative yakni menciptakan jet tempur baru, memodifikasi yang sudah ada atau mengimpor. Tujuannya adalah untuk mengganti Mitsubishi Heavy Industries Ltd (MHI) F-2.
Tetapi kecenderungan kuat muncul persyaratan yang diajukan Kementerian Pertahanan Jepang hanya akan bisa dipenuhi dengan pesawat baru karena tidak ada jet tempur sekarang ini yang bisa mencapai persyaratan.
Pesawat menggunakan dua mesin dengan daya terbang lama dan membawa enam rudal udara ke udara besar di teluk internalnya. Hal ini menjadikan produsen asing akan membuang-buang waktu untuk menanggapi permintaan ini.
Bahkan program domestik yang dipimpin oleh MHI dan produsen mesin IHI Corp harus bekerjasama dengan asing untuk mengembangkan teknologi ini.
Memilih alternative untuk mengimpor atau memodifikasi pesawat yang sudah ada juga tidak mungkin. Ambil misal Boeing F-15 yang telah dalam pelayanan Jepang sejak tahun 1980-an. Pesawat ini mungkin menawarkan daya tahan sebagaimana Jepang inginkan, tetapi tidak memiliki teluk senjata internal dan fitur siluman yang paling dituntut.
Begitu juga dengan F / A-18E/F, Typhoon, Dassault Rafale dan Saab Gripen E / F memiliki keterbatasan yang sama. Sementara F-35 meski memiliki teluk internal dan kemampuan siluman tetapi tidak bisa membawa rudal internal begitu besar.
Bahkan dari spesifikasi yang diajukan mungkin hanya J-20 China yang bisa mendekatinya
Aviation Week melaporkan proposal disampaikan pada 23 Juni 2016 kepada empat kelompok perusahaan. Mereka adalah perusahaan yang telah membangun airframes atau mesin, perusahaan yang memiliki teknologi untuk pesawat, perusahaan perdagangan serta dan konsultan.
Kelompok pertama akan terdiri dari MHI dan IHI dan pemasok seperti Boeing, BAE Systems, Dassault dan Saab. Kategori kedua seperti Israel Aerospace Industries, yang belum pernah membangun jet tempur sendiri tetapi tahu satu atau dua hal tentang teknologi.
Pemerintah Jepang memutuskan untuk memulai pembiayaan program F-3 pada April 2018 dengan jet masuk ke layanan diharapkan pada 2030.
Pemerintah harus sangat meningkatkan anggaran riset dan pembangunan pertahanan untuk menciptakan bisa membangun F-3 yang benar-benar baru. Sejak tahun 1988 Jepang telah menghabiskan lebih dari 173 miliar Yen (sekitar US$1,64 miliar) untuk R & D militer.
Saat pengembangan F-2 Jepang menghabiskan sekitar 100 miliar yen. Sementara biaya pengembangan F-3 tidak diketahui, tetapi sebagai perbandingan AS menghabiskan US$ 30,4 miliar pada pengembangan F-22, yang cukup sebanding dengan desain konsep F-3 yang diterbitkan oleh kementerian.
Hal yang tidak boleh dilupa F-2 dikembangkan dengan didasarkan pada pesawat yang sudah ada yakni Lockheed Martin F-16 dengan badan lebih besar.
Yang jadi pertanyaan, Jepang telah menerbangkan pesawat demonstrator generasi kelima yang dibangun sendiri. Dengan begitu hampir bisa dipastikan konsep pesawat yang dibangun tidak akan digunakan karena pesawat tersebut terlalu kecil.