Sandshark, Biang Perkembangan Drone Bawah Laut

Sandshark, Biang Perkembangan Drone Bawah Laut

Jika unmanned underwater vessel (UUV) saat ini berkembang pesat, semakin canggih tetapi justru semakin murah salah satunya karena peran Sandshark. Sebuah UUV yang  dibangun untuk alat menguji pengembangan drone bawah laut baru.

Meningkatnya ketersediaan UUV murah telah membuat tidak nyaman masa depan awak kapal selam tapi akan menghadirkan situasi lebih aman bagi kapal permukaan baik itu militer atau komersial.

Sejak tahun 1990-an Angkatan Laut AS telah mengambil keuntungan dari komponen elektronik kecil, lebih ringan,  lebih efektif dan lebih murah untuk membangun perangkat yang lebih kecil.

Dalam upaya untuk lebih mudah bagi pengembang untuk menguji ide-ide baru, sebuah produsen UUV, Bluefin Robotics  telah mengembangkan UUV ringan dengan berat kosong 6,5 kg  yang disebut sebagai Sandshark.

Sandshark, merupakan platform berbentuk torpedo dengan panjang 60 cm dan diameter 12.4cm serta mampu menyelam hingga kedalaman 30 meter (98 kaki) dan beroperasi secara mandiri selama beberapa jam (tergantung pada berat payload).

Sandshark menggunakan perangkat lunak open source yang dapat dengan mudah dimodifikasi dan itu adalah titik utama penjualan. Dengan Sandshark memungkinkan untuk dengan cepat mengembangkan dan menguji UUV baru atau AUV (autonomous underwater vessel) dengan perangkat lunak serta sensor baru.

Lebih dari setengah panjang Sandshark digunakan untuk muatan. Ketika Sandshark muncul ke permukaan antena GPS dan wi-fi dapat menerima perintah dari oeprator serta mengirim dan menerima data.

Angkatan Laut AS telah mengembangkan muatan Sandshark untuk digunakan oleh tim komando Navy SEAL dan kapal selam.  Muatan apa masih menjadi rahasia tetapi diketahui beberapa dari mereka menggunakan Sandshark untuk misi satu arah.

Sandshark datang setelah AS Angkatan Laut telah mengembangkan dan menguji serangkaian robot kapal selam mini sejak tahun 2009. AUV yang sangat tenang dan kecil dapat beroperasi sendiri sampai satu tahun.

Model pertama memiliki panjang dua meter dan berat 59 kg  serta dibangun untuk beroperasi sepenuhnya pada pengumpulan informasi tentang “cuaca” bawah air.

AUV ini bergerak perlahan (30-70 kilometer per hari) di bawah air, mengumpulkan data salinitas dan suhu dan mengirimkan melalui link satelit setiap jam atau lebih ketika AUV muncul ke permukaan sebentar.

Data ini meningkatkan efektivitas sonars yang digunakan oleh pasukan ramah, sehingga lebih mudah untuk mendeteksi dan melacak kapal selam musuh.  Memiliki data yang lebih tepat pada salinitas dan suhu dalam tubuh besar air membuat sensor bawah air (sonar, yang mendeteksi suara) akan lebih akurat.

AUV pertama angkatan laut ini bisa menyelam hingga kedalaman 200 meter dan kemudian model yang dapat pergi ke 1.000 meter atau lebih.

Sandshark sangat mengurangi waktu dan biaya untuk mengembangkan komponen AUV baru atau perangkat lunak. Yang lebih penting lagi Shanshark bisa digunakan baik untuk kepentingan militer maupun sipil.