Dengan semua hak, Airbus Pertahanan & Space A400M seharusnya menjadi kisah sukses yang melambung jauh baik di pasar domestik dan ekspor, tetapi saat ini program tersebut justru sedang berada dalam kerentanan besar.
Mengingat kemampuan dijanjikan dan tidak adanya pesaing langsung – berada di antara Boeing C-17 dan Lockheed Martin C-130J – Atlas berdiri menatap kesempatan yang sangat nyata untuk bisa menjadi Hercules Eropa.
Bahkan, ada yang berpendapat pesawat ini bisa dijual ke Amerika. Namun, prospek itu saat ini tampaknya telah lebih jauh dari sebelumnya. Setiap kali upaya A400M untuk kembali ke jalur, masalah baru muncul.
Saat ini mesin, atau lebih khusus kekuatan gearbox yang diproduksi GE Avio adalah penyebab utama keprihatinan karena membatasi jam terbang antara inspeksi dan mengganggu aliran pengiriman.
Selain itu, produsen baru saja menyampaikan pertama dari pesawat dengan kemampuan taktis yang dijanjikan kepada pelanggan, lebih dari dua tahun sejak pesawat pertama diserahkan ke pelanggan Prancis.
Tentu saja, setiap program memiliki masalah dan Airbus tidak sendirian dalam hal ini. Tapi ketika masalah begitu banyak, itu menggoda orang untuk bertanya-tanya apakah masalah sistemik melanda pesawat atau sistem produksinya.
Apa yang menjadikan sangat frustasi dalam kasus A400M adalah bahwa Airbus telah terbukti sangat mampu merancang dan melaksanakan pesawat militer. Sebagai contoh adalah pesawat multi-peran transportasi tanker A330. Meski pesawat ini didasarkan pada pada platform komersial yang sudah matang.
Tetapi bukan berarti ketika didasarkan pada pesawat yang sudah matang program tidak akan bermasalah. Boeing juga menghadapi kendala berlarut-larut ketika mengembangkan tanker KC-46, yang juga didasarkan pada sebuah pesawat yang telah terbukti.
Tentu saja, Airbus masih bisa mempertahankan nasib A400M yang sejak awal dirancang menjadi penguasa langit di kelasnya. Kemajuan baru-baru ini dengan memberikan kemampuan taktis pesawat merupakan langkah positif.
Tapi sampai kekurangan mesin gearbox saat ini ditangani, maka itu akan tetap menjadi sumber frustrasi kepada pelanggan dan akan terus menguras kas perusahaan.