Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan Eropa tidak ingin negaranya bergabung dengan Uni Eropa karena mayoritas penduduk Turki adalah Muslim. Dia mengatakan, pemerintahnya akan meminta pendapat masyarakat apakah negosiasi dengan Brussels akan diteruskan atau tidak.
“Eropa, Anda tidak ingin kami karena mayoritas penduduk kami adalah Muslim. Kami tahu itu tapi kami mencoba untuk menunjukkan ketulusan kami,” kata Erdogan pada upacara wisuda di Istanbul Rabu 22 Juni 2016 seperti dikutip Russia Today Kamis 23 Juni 2016 mengutip Reuters.
Mengacu pada Inggris, Erdogan menyatakan bahwa Turki juga bisa mengadakan referendum pada Uni Eropa. “Kami akan pergi dan meminta pendapat masyarakat apakah kita harus melanjutkan negosiasi dengan Uni Eropa,” kata Erdogan.
Pembicaraan tentang kemungkinan keanggotaan Uni Eropa untuk Turki telah berlangsung sejak tahun 1963, ketika Ankara dan Brussels menyusun perjanjian asosiasi yang menyatakan negara itu bertujuan untuk menjadi anggota blok tersebut. Setelah secara resmi diterapkan pada tahun 1987, Turki memulai pembicaraan aksesi pada tahun 2005. Namun, sejak itu Turki disebut hanya sedikit membuat kemajuan untuk memenuhi kriteria yang diperlukan salah satunya karena reformasi.
Sebuah fase baru dalam negosiasi Ankara untuk bergabung dengan blok itu akan berlangsung pada 30 Juni ketika para pejabat Turki dan Uni Eropa bertemu untuk membahas “ketentuan keuangan dan anggaran” jika Turki menjadi anggota.
Sementara itu, Ankara dan Brussels terus menegosiasikan kesepakatan yang akan memberikan warga Turki hak untuk bepergian dengan bebas visa ke seluruh negara Uni Eropa, jika Ankara memenuhi 72 syarat yang ditetapkan oleh blok itu.
Wakil Perdana Menteri Turki Mehmet Simsek mengatakan pekan lalu bahwa “Eropa membutuhkan Turki jika ingin memiliki suara kuat dalam urusan internasional di wilayah ini, jika ingin keamanan pasokan energi, jika ingin keamanan bahkan secara keseluruhan,” katanya.
“Ini adalah kepentingan kami untuk tetap berlabuh ke Eropa, dan kepentingan Eropa untuk menjaga Turki berlabuh ke Eropa,” tambah Simsek.
Erdogan telah berulang kali mengancam untuk keluar dari kesepakatan migran jika perjalanan bebas visa tidak diberikan kepada warga negara Turki pada 1 Juli.
Tapi meskipun negosiasi bergelombang, para pemimpin Uni Eropa telah memperingatkan bahwa ancaman dari Turki tidak akan mencapai hasil.
Beberapa pemimpin Eropa juga percaya Turki tidak dalam posisi yang kuat, dengan melihat hubungan tegang Ankara dengan Rusia, AS, Suriah, Iran, dan Israel yang berarti perlu hubungan yang lebih baik dengan Uni Eropa.