Pasukan pemerintahan bersatu Libya menyebut telah meraih keberhasilan berarti di wilayah permukiman Sirte pada Selasa 21 Juni 2016, saat mereka berusaha mengusir kelompok bersenjata ISIS dari markasnya.
Rida Issa, juru bicara pasukan dukungan pemerintah itu, mengatakan mengamankan 700 lingkungan di arah selatan pusat kota Sirte dan berhasil menduduki sebelah barat pusat kota. Sebanyak 16 anggota pasukan tewas dan 60 orang lain terluka dalam pertempuran pada Selasa itu, kata Issa.
Pasukan itu, yang tersusun sebagian besar dari pasukan dari kota Misrata, melancarkan gerakan melawan ISIS satu bulan lalu, bergerak maju dengan cepat ke arah Sirte dari barat.
Dalam pekan sebelumnya, mereka menghadapi perlawanan dari pegaris keras, yang bersembunyi di kota itu, yang mengerahkan penembak jitu, menanam ranjau dan bom mobil untuk mencoba memukul mundur pasukan pemerintah.
“Pasukan kami menyisir 700 lingkungan setelah adanya sejumlah bentrokan hebat,” kata Issa pada Selasa, “Bangunan kantor pusat perusahaan listrik, televisi dan radio, lingkungan Nomor 2 dan masjid Bin Hamel telah berhasil direbut kembali.” Pasukan dukungan pemerintah itu juga menyita gudang amunisi kedua dari ISIS, kata dia.
Government of National Accord (GNA) yang didukung oleh PBB telah berusaha untuk mempersatukan sejumlah faksi di Libya sejak tiba di Tripoli pada Maret, dan telah menciptakan sejumlah ruangan operasi yang bertujuan untuk mengkoordinasikan langkah melawan kelompok ISIS di Sirte.
Pasukan terpisah pendukung GNA, yang mengendalikan sejumlah pangkalan minyak kunci Libya, memaksa ISIS kembali ke bagian timur Sirte, merebut kembali sejumlah desa dari kelompok ekstremis itu.
ISIS memperluas pendudukan mereka ke dalam Libya pada 2014, membentuk keberadaan mereka di sejumlah kota dan desa. Mereka menduduki Sirte sepenuhnya pada tahun lalu, dengan memanfaatkan adanya kekosongan kekuasaan dari kekacauan politik yang telah memperburuk kondisi Libya sejak pemimpin lama mereka, Muammar Gaddafi digulingkan dalam pemberontakan pada 2011.