Presiden Suriah Bashar al-Assad, Rabu, menugaskan Menteri Perlistrikan Emad Khamis untuk membentuk pemerintahan baru. Belum tahu alasan di balik pembentukan kabinet baru ini.
Kantor berita negara SANA dalam laporannya Rabu 22 Juni 2016 tidak memberikan keterangan rinci soal mengapa Khamis akan menggantikan Wael al-Halaki sebagai perdana menteri, atau apakah Halaki akan dilibatkan dalam pemerintahan yang baru. Juga belum ada kejelasan soal apakah Halaki sudah meninggalkan pemerintahan.
Halaki sendiri sebelumnya menggantikan perdana menteri yang kemudian berputar haluan, bergabung dengan pihak oposisi.
Pemerintahan yang berpusat di Damaskus saat ini mengendalikan pusat-pusat utama keberadaan penduduk di wilayah barat, tapi tidak termasuk Idlib, dan di sebagian wilayah Aleppo. Idlib sendiri tengah diduduki oleh kelompok pemberontak.
Pasukan Kurdi menguasai banyak wilayah di sepanjang perbatasan dengan Turki, sementara ISIS memegang provinsi Raqqa dan Deir al-Zor di bagian timur.
Pemilihan parlemen sudah dilakukan di wilayah-wilayah yang dikendalikan pemerintah pada April. Pemilihan itu dianggap pihak oposisi tidak memiliki arti.
Konflik Suriah, yang dimulai dari pemberontakan damai terhadap Assad, sekarang sudah memasuki tahun keenam dan menarik keterlibatan militer dari kawasan dan dunia serta memberi peluang ISIS untuk tumbuh.
Damaskus telah membentuk pemerintahan baru selama lebih dari satu tahun sebelum perang pada 2012, namun perdana menteri saat itu, Riad Hijab, kemudian pergi dari Suriah.
Hijab saat ini merupakan anggota terkemuka oposisi utama Suriah yang menghadiri perundingan perdamaian yang gagal tahun ini.
Sekutu Assad, Rusia, pekan lalu mengatakan Amerika Serikat mengajukan tawaran untuk menggabungkan pihak-pihak oposisi ke dalam pemerintahan. Washington membantah mengajukan tawaran dan justru bersikeras bahwa Assad harus menanggalkan kekuasaannya.
Perang Suriah telah menewaskan lebih dari 250.000 orang dan membuat lebih dari 11 juta warga terpaksa mengungsi. Perang telah menghancurkan perekonomian dan menyebabkan nilai mata uang Suriah, pound, merosot lebih dari 90 persen.