Meski penembakan brutal sering terjadi dan mengakibatkan banyak orang meninggal dunia, Senat Amerika Serikat menolak empat langkah pengekang perdagangan senjata. Penolakan dilakukan hanya beberapa hari setelah pembantaian di klab malam di Orlando pada pekan lalu yang menewaskan sekitar 50 orang.
Keputusan itu memberikan kemunduran bagi aktivis yang gagal memperketat peredaran senjata api melalui Kongres meskipun terjadi penembakan massal berulang kali. Sekelompok senator masih berharap mengajukan kompromi pada pekan ini demi menjauhkan senjata api dari yang sedang diawasi karena diduga teroris, meskipun usaha itu menghadapi perjuangan berat dengan kritik kedua pihak mempertanyakan kebijakan tersebut.
Sudah bukan rahasia lagi, pengendalian dan pembatasan senjata di Amerika sangat sulit dilakukan. Salah satunya karena bisnis sektor ini sangat menggiurkan.
Pembantaian pada pekan lalu itu menjadi yang paling mematikan dalam sejarah modern Amerika Serikat, meningkatkan tekanan terhadap anggota parlemen, yang segera mengarahkan masalah tersebut ke Senat. Namun upaya pengendalian senjata itu kalah dalam sekumpulan anggota, yang menunjukkan kekuatan politik dalam Kongres dari pembela hak senjata api dan Persatuan Senapan Nasional (NRA).
Anggota partai Republik beserta sekutu mereka di pelobi senjata api dari NRA mengatakan bahwa rancangan undang-undang dari partai Demokrat itu terlalu mengekang dan berlawanan dengan hak konstitusional untuk memiliki senjata api. Pihak partai Demokrat menyebut dua proposal partai Republik terlalu lemah dan menuduh mereka menjadi bawahan NRA.
“Apa yang akan saya katakan kepada masyarakan Orlando?” tanya Senat dari Partai Demokreat, Bill Nelson dari Florida setelah pemungutan suara itu. “Sedihnya, apa yang akan saya katakan kepada mereka adalah bahwa NRA menang lagi,” katanya.
Chris Cox, kepala eksekutif Institut Asosiasi Senapan Nasional untuk Langkah Legislatif, mengkritik amandemen pihak Demokrat dan berterima kasih kepada pihak Republik karena menolak mereka. “Hari ini, warga Amerika menyaksikan sebuah pertunjukan memalukan di Amerika Serikat,” kata dia.
Pemimpin kelompok mayoritas dalam Senat, Mitch McConnell, seorang anggota partai Republik dari Kentucky, mengatakan bahwa langkah dari partai Demokrat itu tidak efektif dan para senator dari partai Republik “mencari solusi nyata yang dapat membuat warga Amerika lebih aman dari ancaman terorisme”.
Saat para partai itu masih tetap teguh dalam pendirian masing-masing, sejumlah jajak pendapat menunjukkan para warga Amerika semakin banyak yang mendukung pengekangan senjata api dalam negara dimana terdapat sebanyak 310 juta senjata yang tersebar, yang hampir tiap orang memiliki.
Masalah itu menjadi yang terkemuka bagi pemilih dalam pemilihan umum November mendatang. Calon presiden dari partai Demokrat, Hillary Clinton, mendukung pengekangan peredaran senjata, sementara kandidat partai Republik, Donald Trump menyampaikan keinginan untuk berbicara dengan pihak NRA terkait soal tersebut.
Setelah pemungutan suara itu, Clinton mengeluarkan sebuah pernyataan “Cukup”. Disusul penyebutan nama dan usia yang tewas di Orlando.
Sejumlah usaha pengendalian senjata api gagal setelah adanya penembakan massal di sebuah sekolah dasar di newton, Connecticut pada 2012 dan di pusat konferensi di San Bernardino, California pada 2015 lalu. Namun sejumlah senator melihat perlawanan terhadap pengekangan senjata melunak saat keamanan nasional membesar dalam perdebatannya.
“Negara ini berada di bawah serangan, bukan dari sebuah pesawat atau bahan peledak, namun sebuah senjata serbu,” kata Senator dari Connecticut, Chris Murphy, seseorang dari kubu partai Demokrat yang memimpin sebuah pidato selama 15 jam pada minggu lalu untuk menarik perhatian terhadap usaha untuk mengekang senjata api.