Site icon

Jejak Tua Perang Turki-Rusia

Hubungan memanas Rusia dan Turki masih tetap dingin setelah sebuah Su-22 Rusia ditembak jatuh oleh F-16 Turki di perbatasan Suriah-Turki tahun lalu.

Kalau dirunut Turki dan Rusia memiliki jejak sejarah yang tidak begitu manis. Kedua negara pernah membuat titik-titik perang dalam sejarahnya. Perang terjadi sejak ratusan tahun yang lalu.

Pertempuran di antara keduanya berlangsung berulangkali pada abad 17 hingga 19. Saat itu Turki masih tergabung dalam Kesultanan Utsmani dan Rusia masih kekaisaran.

Menurut Ensiklopedi Britanica, Perang berlangsung pada 1676-1681, 1687, 1689, 1695, 1695-96, 1710-12, 1735-39, 1768-74, 1787-91, 1806-12, 1828-29, 1853-56 (Perang Crimea) dan 1877-78.

Sejumlah faktor menjadi pemicu perang di antara keduanya. Seperti perang pertama yang dipicu keinginan Rusia untuk membangun pelabuhan di Laut Hitam yang dikuasai Turki.

Pertempuran berakhir dengan kegagalan Rusia melakukan invasi atas Crimea pada 1687 dan 1689.  Baru pada perang antara 1695-1696 Kaisar Rusia Peter I berhasil mencaplok garis depan Azov.

Pada 1710, Turki memulai Perang Utara melawan Rusia,. Peter I mencoba merebut Balkan dari Utsmani dan berakhir dengan kekalahan di Sungai Prut pada 1711. Ia terpaksa mengembalikan Azov ke Turki.

Perang kembali pecah pada 1735 antara Tukri dan Rusia yang beraliansi dengan Rusia.  Rusia berhasil menginvasi wilayah yang dikuasai Tukri, Moldavia. Kendati begitu, aliansi mereka Austria berhasil dikalahkan.

Perang besar juga berlangsung pada 1768-1674 setelah Tukri meminta penguasa Rusia Catherine II abstain dari intervensi terhadap urusan internal Polandia.

Perang terakhir yakni pada 1877-1878. Pada perang tersebut Rusia dan sekutunya Serbia mendorong pemberontakan di Bosnia dan Herzegovina serta Bulgaria melawan pemerintahan Turki. Perang berakhir dengan perjanjian pada 1878. Melalui perjanjian itu, Rumania, Serbia, dan Mentenegro lepas dari kekuasaan Turki.

Exit mobile version