Jet Rusia Membom Pemberontak Suriah, AS Bingung

Jet Rusia Membom Pemberontak Suriah, AS Bingung

Angkatan Udara Rusia membom pemberontak didikan AS di Suriah selatan. Tidak hanya sekali tapi dua kali yang dilakukan pada Kamis 16 Juni 2016. Bahkan serangan gelombang kedua dilakukan setelah Amerika menggunakan hotline darurat meminta agar serangan dihentikan.

“Mereka datang kembali dan menyerang lagi,” kata pejabat Pentagon kepada Fox News menanggapi serangan Rusia. Pejabat ini tampak marah dengn insiden itu.

Menteri Pertahanan Ash Carter pada Jumat Pentagon mengatakan bingung dan tidak tahu apakah Rusia menyasar pemberontak tertentu atau tidak. “Ini adalah serangan terhadap pasukan yang memerangi ISIS,” kata Carter sambil menambahkan bahwa kemungkinan ada kesalahan intelijen yang mengakibatkan serangan itu.

“Rusia awalnya mengatakan bahwa mereka datang untuk melawan ISIS,” kata Carter. “Jika  itu niat mereka, yang terjadi ini kebalikan dengan apa yang mereka katakan.”

Carter mengatakan hotline komunikasi antara militer AS dan Rusia tidak digunakan secara profesional. Selama berbulan-bulan, para pejabat Pentagon telah mengatakan secara terbuka hotline itu akan digunakan untuk menghindari konflik wilayah udara dan tidak mengkoordinasikan kegiatan dengan Rusia.

Jet tempur Su-34 Rusia disebut para pejabat Pentagon sebagai pelaku serangan udara. Hal ini terlihat dari profil serangan khas yang selama ini dilakukan Angkatan Udara Rusia di Suriah. Pesawat pembom tempur Su-34 Rusia bisa disebut sebanding dengan F-15 Angkatan Udara AS.

Pejabat Pentagon itu mengatakan Angkatan Udara Rusia tidak pernah melakukan seranan sebelumnya di Al-Tanf yang terletak di daerah di mana Suriah, Yordania dan Irak datang bersama-sama.  Serangan itu menyebabkan beberapa pemberontak Suriah tewas dan lainnya luka-luka, kata pejabat itu, tapi dia tidak memastikan angka korban.

Moskow telah lama keberatan kepada pemerintah AS diam-diam melatih pasukan anti-Assad dan telah menewaskan ratusan pejuang yang didukung AS sejak kampanye udara Rusia mulai di Suriah pada akhir September.

Sebelumnya Rusia mengatakan bahwa misi udara di Suriah memang rumit karena ada beberapa kesulitan. Salah satunya adalah memisahkan oposisi moderat yang didukung Amerika dari kelompok Front Nusra yang ditargetkan oleh Rusia.

“Operasi Angkatan Aerospace kami terus di Suriah. Bukan rahasia bahwa bercampurnya pasukan yang disebut oposisi moderat dan al-Nusra tetap menjadi masalah yang signifikan, ini benar-benar mempersulit [misi] kontraterorisme,” kata juru bicara Kremlin Dmitry Peskov sebagaimana dikutip Sputnik Jumat 17 Juni 2016.