Kementerian luar negeri Korea Utara merilis pernyataan yang menuduh Amerika Serikat tengah merencanakan serangan udara preemptive. Pyongnyang pun bersumpah tidak akan membiarkan hal itu terjadi.
Dalam pernyataanya yang dikeluarkan Kamis 17 Juni 2016, juru bicara Kementerian Luar Negeri Korea Utara menuduh pemerintahan Obama sedang merencanakan serangan udara untuk menghancurkan fasilitas nuklir negara itu.
Kantor berita KCNA melaporkan kementerian luar negeri memiliki bukti bahwa Washington secara terbuka sedang mempertimbangkan kampanye pemboman untuk menurunkan kemampuan nuklir Korea Utara dan bersiap untuk perang habis-habisan di semenanjung Korea.
“Fakta bahwa Amerika Serikat secara terbuka mendiskusikan ‘operasi serangan presisi ‘ adalah tanda mereka di ambang mengambil langkah yang sangat sembrono,” kata juru bicara itu. “Fakta operasi dibuat menjelang AS-Korea Selatan latihan militer bersama adalah ‘skenario perang’ berbahaya yang terjadi pada bulan Agustus dan ini tidak bisa diabaikan.”
Hubungan antara Amerika Serikat dan Korea Utara telah tegang sejak tahun 2002, ketika Presiden George W. Bush kala itu memasukkan negara tersebut alam “Axis of Evil”, bersama dengan Irak dan Iran. Rezim tidak stabil yang dipimpin Kim Jong-il kala itu takut bahwa serangan dari Washington sudah dekat dan menjauh dari nonproliferasi nuklir dan pengaturan anti-rudal balistik.
Dalam beberapa bulan terakhir, Pyongyang mengecam Amerika Serikat dan Korea Selatan atas latihan perang besar-besaran yang diadakan di dekat perbatasan Korea Utara dengan menyebutnya sebagai “gladi resik untuk invasi besar-besaran.”
Korea Utara telah merespons dengan tes rudal nuklir dan balistik. DPRK juga mengklaim telah berhasil mencapai miniaturisasi nuklir, menciptakan hulu ledak atom cukup kecil untuk dibawa oleh rudal balistik antarbenua.
Pyongyang juga mengklaim mendekati kemampuan rudal balistik untuk melaksanakan peluncuran nuklir ke Amerika Serikat. Sementara Korea Selatan telah menyebutkan uji coba terakhir sebagai kegagalan, tetapi analis pertahanan menduga bahwa tes rudal Korea Utara dirancang agar terlihat seperti kegagalan dengan berfokus pada kapasitas rudal balistik tertentu dalam rangka untuk menutupi pengembangan program utama.
Pyongyang terus melihat Amerika Serikat sebagai ancaman eksistensial, sentimen yang telah meningkat dengan pengiriman bomber strategis B-2 dan B-52 ke Korea Selatan. Jika Korea Utara benar tentang niat Amerika Serikat untuk melakukan serangan presisi pada fasilitas nuklir mereka, itu akan merupakan manuver mengejutkan untuk Pentagon. Pakar pertahanan Amerika telah menyatakan Pyongyang akan menanggapi serangan itu sebagai tindakan perang dan akan menyelimuti Seoul dengan senjata kimia dan biologi, dengan perkiraan korban tewas konservatif melebihi 250.000 di sisi Korea Selatan. Sebuah scenario yang jelas Washington tidak akan bersedia untuk berjudi.