Keterlibatan Uni Emirat Arab (UEA) dalam perang di Yaman yang telah berlangsung lebih dari satu tahun telah berakhir. UEA adalah anggota penting dalam koalisi militer militer pimpinan Arab Saudi yang menyerang Houthi Yaman sejak 2015. Koalisi itu mendukung pemerintah Yaman di pengasingan dan melawan kelompok bersenjata Houthi yang diduga didukung Iran.
“Kedudukan kami jelas, operasi militer pasukan UEA berakhir,” kata Menteri Luar Negeri UEA Anwar Gargash dalam pidato tertutup Rabu 15 Juni 2016 seperti dikutip Putra Mahkota Mohammed bin Zayed dalam Twitter resminya.
“Kami tengah mengatur kembali posisi politik negeri ini dan peran saat ini adalah memberdayakan rakyat Yaman di wilayah yang telah dibebaskan,” katanya.
Kelompok bersenjata Houthi telah membunuh lebih dari 60 tentara dalam pasukan gabungan Teluk Arab yang bertugas di Yaman Pusat September lalu, 52 diantaranya merupakan korban dari UEA.Peristiwa itu dianggap sebagai kehilangan terbesar militer negeri tersebut.
Pasukan UEA memimpin serangan pemerintah Yaman melawan al Qaeda pada April. Pertempuran itu mampu menyingkirkan kelompok garis keras al Qaeda keluar dari pangkalan militernya di selatan kota pelabuhan Mukalla. Sementara Arab Saudi mendesak pasukan Houthi di kawasan barat laut Yaman, sekitar ibukota Sanaa, UEA lebih fokus pada stabilisasi wilayah selatan kota Aden. Kota Aden diserang berulang kali oleh al Qaeda dan kelompok garis keras IS.