Australia belum bisa menenangkan Jepang setelah mereka dikalahkan dalam kompetisi pengadaan kapal selam dengan memilih perusahaan asal Prancis. Dalam pertemuan tertutup di Tokyo, pejabat Pertahanan Jepang menantang kepala Program Kapal Selam Masa Depan Australia, Laksamana Greg Sammut, setelah ia mengatakan kepada mereka bahwa kapal selam yang diusulkan Jepang ditolak Australia karena alasan “teknis”. Jepang diberitahu bahwa kualitas siluman kapal selam versi evolusi dari Kelas Soryu yang diusulkan tidak memenuhi persyaratan Australia.
Pejabat Jepang diberitahu bahwa di bawah pemodelan yang dilakukan oleh tim Australia, tingkat kebisingan kapal selam dan indikator siluman lain yang sangat baik tetapi tidak cukup baik untuk memenangkan persaingan tiga arah untuk kontrak senilai US$150 miliar.
Menurut The Australian, dalam pertemuan yang diadakan pada 12-13 Mei 2016 para pejabat Jepang di Departemen Pertahanan bereaksi secara terbuka dengan mempertanyakan pemodelan dan asumsi yang digunakan oleh Australia dalam menentukan tingkat kebisingan dan kualitas siluman kapal selam yang diusulkan Jepang.
“Orang-orang Australia telah membuat asumsi sendiri tentang data yang mereka dapat (oleh Jepang) tetapi mereka mencapai kesimpulan yang berbeda dari itu,” ungkap salah satu sumber.
“Kami terus bertanya (ke Australia) kenapa kau tidak menanyakan hal itu atau menggunakan cara yang berbeda?”
Jepang marah bahwa mereka tidak diminta untuk memvalidasi dan menjelaskan perhitungan mereka sendiri pada kemampuan siluman yang sangat sensitif dari kapal selam yang diusulkan sebelum tawaran mereka ditolak.
Sumber percaya Jepang mengatakan ini tidak adil karena Jepang belum sepenuhnya mengungkapkan kemampuan siluman kapal Soryu tersebut pada tahap awal proses kompetisi karena – seperti halnya Prancis dan Jerman – kapal selam Soryu sudah dalam pelayanan dan informasi tersebut diperlukan untuk dilindungi sebagian karena alasan operasional. Sehingga sebagian informasi masih dijaga ketat.
Delegasi Australia dikirim ke Tokyo untuk menjelaskan mengapa Jepang kalah dalam kompetisi untuk membangun 12 kapal selam baru. Australia mengungkapkan bulan lalu delegasi kedua dikirim ke Jerman pada waktu yang sama dan mengatakan Jerman gagal karena kemampuan siluman.
Dari sesi singkat yang diberikan ke Jerman dan Jepang, Prancis memenangkan kontrak kapal selam karena kapal yang diusulkan, yakni Shortfin Barracuda, adalah yang paling sulit untuk terdeteksi- faktor penting dalam masa damai untuk pengumpulan intelijen dan dalam konflik.
Jepang telah mengalami kekalahan buruk yang telah menjadikan hubungan kedua negara tegang. Dalam brifing, Australia juga mengatakan ada kekhawatiran tentang pendekatan Jepang terhadap risiko dalam kaitannya dengan proyek kapal selam. Mereka mengatakan pengalaman Jepang dalam merancang dan membangun kapal selam ada di bawah ke Prancis dan Jerman yang sudah berpengalaman dalam ekspor kapal selam.
Namun, brifing lebih fokus pada alasan teknis yang menyebabkan kekalahan Jepang dan tidak memberikan indikasi pada isu-isu strategis yang lebih luas, seperti hubungan militer yang lebih erat antara Jepang dan Australia, merupakan faktor dalam keputusan akhir.
“Isu strategis tidak dibahas, semua yang mereka ingin berbicara adalah masalah teknis,” kata salah satu sumber.
Sumber lain mengatakan pertemuan berakhir buruk dan tidak membantu memulihkan hubungan yang rusak karena kekalahan yang menyebabkan rasa malu yang signifikan di Jepang. “Orang-orang kami garuk-garuk kepala mereka ketika mereka berjalan keluar dari itu ruang (pertemuan),” ungkap salah satu sumber.
Ditanya tentang pertemuan ini, juru bicara kedutaan Jepang di Canberra mengatakan: “Sejak rincian penjelasan oleh Australia berhubungan dengan keamanan nasional mereka, kita perlu untuk menahan diri untuk mengungkapkan hal itu.”
DCNS Perancis dinyatakan sebagai pemenang dalam kontrak pengadaan kapal sealam. Kapal selam Shortfin Barracuda yang dibangun akan menggantikan armada kelas Collins mulai awal 2030-an.
Pemerintah Jerman telah melakukan studi tentang kegagalan ini. Wakil Jerman telah mendekati pengamat netral Proses Evaluasi Kompetitif di Australia untuk mencari umpan balik rahasia tentang apa kesalahan Jerman.
Kapal selam menjadi proyek pertahanan terbesar di Australia dengan nilai sekitar US$50 miliar dalam tahap konstruksi dan selanjutnya US$100 miliar untuk program kapal seumur hidup.