Euro-2016 Jadi Urusan Politik, Moskow Panggil Dubes Prancis

Euro-2016 Jadi Urusan Politik, Moskow Panggil Dubes Prancis

Persaingan sepakbola yang sedang berlangsung di ajang Euro-2016 berubah menjadi politik saat Moskow memanggil duta besar Prancis karena penahanan warga Rusia di Euro 2016 dan memperingatkan bahwa perasaan benci Rusia dapat merusak hubungan Rusia dengan Prancis.

Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov menuduh penggemar sepakbola negara lain melakukan langkah yang betul-betul provokatif dalam kejuaraan itu, seperti, menginjak-injak bendera Rusia.

Sementara itu, pusat kekerasan sepakbola di Euro 2016 berpindah dari bagian selatan Prancis ke bagian utara. Kepolisian menggunakan semprotan merica dan gas airmata untuk membubarkan penggemar kesebelasan Inggris pada Rabu di dekat stasiun kota Lille, Prancis utara, kata sumber kepolisian.

Mereka turun tangan setelah penggemar itu mulai berlarian kesana-kemari menyusul suatu kejadian, kata sumber itu kepada Reuters. Sebelumnya, kepolisian menyingkirkan sekelompok penggemar Inggris saat mereka dianggap “mengancam”.

Keadaan menegangkan terus nampak pada Rabu sore. Kepolisian kembali menggunakan gas air mata kepada sekelompok kecil penggemar Inggris di Lille tengah.

Pihak berwenang memenuhi kota itu dengan polisi sebelum pertandingan berikutnya antara Rusia dengan Inggris berlangsung.

Empat orang penggemar kesebelasan Rusia ditangkap di Lille dan akan dipulangkan setelah ditahan sebelum pertandingan Rabu antara Rusia dengan Slovakia, dimana tim Rusia kalah dengan skor 2-1.

“Dua orang warga Rusia ditangkap pada kemarin sore saat berkelahi di Lille dan dua orang lagi setelah mereka ditemukan dalam keadaan mabuk dan membawa senjata dalam sebuah mobil,” kata juru bicara dari lille. Senjata yang dimaksud adalah tongkat kayu, kata sumber kepolisian.

“Pada hari ini, langkahnya cukup mudah, penuhi tempat umum dengan aparat sehingga tidak ada ruang bagi segala bentuk perusakan,” kata Menteri Olahraga Patrick Kanner.

Di Moskow, kementerian Luar Negeri Rusia mengatakan bahwa mereka telah memanggil duta besar Prancis Jean Maurice Ripert pada Rabu 15 Juni 2016.

Duta Perancis itu mendapatkan informasi terkait “diskriminasi” terhadap para warga Rusia, kata dia, menambahkan bahwa “terus adanya perasaan anti-Rusia lebih lanjut” dapat mengganggu hubungan antara Perancis dengan Rusia.

Kedutaan besar Prancis di Moskow mengatakan dalam situs resminya bahwa duta besar menjawab penangkapan itu dilakukan “benar-benar sesuai dengan hukum, dengan transparansi penuh dengan pihak berwenang Rusia”.

“Penggemar dari sejumlah negara ikut dalam kekerasan tidak dapat diterima di Marseille itu,” kata dia saat pertemuan tersebut.

“Pemerintah Prancis tetap bertekad, bersama dengan UEFA, menghentikan pembuat masalah dari mengganggu pesta itu, yang disebut dengan kejuaraan Euro,” katanya.

Menteri Luar Negeri Prancis Jean Marc Ayrault mengatakan kemudian, “Apa pun kewarganegaraan mereka, baik itu Rusia, Prancis, Inggris atau Jerman, datang ke Prancis untuk merayakan sepakbola. Tindakan bagi warga Rusia dan Inggris dan Prancis akan dilakukan dengan cara sama.” Baik Rusia maupun Inggris telah diberi peringatan pemecatan dari kejuaraan itu setelah penggemarnya bentrok tiga hari di Marseilla pada akhir pekan lalu, yang memicu penggunaan gas air mata dari kepolisian.

“Kami tidak dapat menutup mata kami terhadap langkah yang benar-benar provokatif dari para penggemar negara lain,” kata Menteri Luar Negeri Rusia Lavrov kepada parlemen.

Presiden Vladimir Putin dan para pejabat keamanan telah membicarakan pelajaran apa yang dapat diambil oleh Rusia dari Euro 2016 untuk Piala Dunia 2018 di Rusia nantinya, kata kantor berita RIA mengutip Kremlin.

Prancis berusaha untuk menjauhi terulangnya kembali kekerasan yang menodai pertandingan Inggris-Rusia di Marseille pada Sabtu lalu. Sejumlah penggemar tim Inggris dan Rusia ditahan.