Komando Operasi Khusus Amerika Serikat atau Special Operations Command (SOCOM) mempertimbangkan kemungkinan meminta produsen senjata Amerika untuk memproduksi salinan senapan serbu AK-47 yang dirancang Rusia.
Washington Post melaporkan SOCOM yang mengawasi unit paling elit di negara itu, sudah mempertimbangkan peran tempur untuk senjata api era 1940′ tersebut. Menurut surat kabar tersebut, SOCOM memosting pesanan untuk senjata non-standar dan amunisi di situs kontraktor federal awal bulan lalu.
Istilah “non-standar” berkaitan dengan senjata yang tidak sering digunakan oleh AS atau sekutu NATO-nya, termasuk senapan Kalashnikov serbu, senapan sniper Dragunov, dan senjata 14.5mm.
Washington Post mengutip juru bicara SOCOM Matt Allen mengatakan bahwa dalam jangka panjang, AK-47 buatan AS akan membantu penghematan.
“Sebuah sumber yang berbasis di AS akan lebih baik bagi para pembayar pajak, sementara juga tidak hanya memberikan mitra kami dengan senjata untuk melawan ekstrimis, tetapi juga mengirimkan orang-orang yang tahu bagaimana menggunakan, tahu bagaimana memperbaiki dan memiliki persediaan di daerah mereka untuk mempertahankan, “katanya.
Sementara itu, pakar militer Rusia Nikolay Kireyev berpendapat bahwa setelah penciptaan kloning AK-47, Amerika akan paling mungkin ingin menurunkan harga untuk Kalashnikov di dunia dan mulai memasok salinan ke negara-negara lain.
“Mencuri perkembangan orang lain tanpa membayar untuk itu tentu saja merupakan kebijakan yang disengaja. AS tidak memiliki hak hukum untuk menghasilkan AK-47. The Izhmash meluncurkan proses melindungi merek dagang di Amerika Serikat, tetapi dihentikan karena sanksi anti-Rusia. Pencurian dengan dukungan negara sangat nyaman, bukan?” kata Kireyev sebagaimaan ditulis situs news-front.info.
Jenderal Mikhail Kalashnikov, tidak pernah dimiliki paten untuk senjata dan meskipun penerusnya Izhmash, terus bersikeras bahwa produsen yang mendapatkan lisensi yang tepat, senjata api diproduksi di lebih dari dua lusin negara.
Pada bulan Juli 2014, Washington melarang impor produk Kalashnikov ke AS setelah ada dugaan campur tangan Rusia dalam konflik internal Ukraina. Pada September tahun itu, perusahaan menghadapi akses terbatas ke pasar keuangan Uni Eropa.
Kalashnikov telah menjadi senjata paling banyak didistribusikan di dunia, dengan sekitar 100 juta senapan dibuat dalam 60 tahun sejak AK-47 masuk seri produksi.