Ketika kita mendengar pesawat North America P-51 Mustang, maka yang muncul dalam benak adalah sebuah pesawat tempur yang berjibaku di Perang Dunia II. Pesawat lincah ini terbang untuk melindungi pembom sekutu yang menyerang Jerman dan Jepang. Tetapi sedikit yang tahu bahwa pesawat legendaris ini juga teryata comeback ke Perang Korea pada tahun 1950an. Pesawat yang diupgrade kemudian menjadi F-51 ditarik lagi ke medan pertempuran untuk melakukan serangan terhadap Tentara Rakyat Korea.
Buku baru yang ditulis Warren Thompson berjudul F-51 Mustang Units of the Korean War mengupas pada peran pesawat veteran di Korea Utara serta sedikit sejarah yang diketahui tentang keterlibatan pesawat Australia, Afrika Selatan dan Republik Korea.
Invasi Korea Utara dari Selatan pada 25 Juni 1950 membuag militer AS di Timur Jauh kaget. Kondisi mereka masih lemah karena demobilisasi pasca-Perang Dunia II. Satu-satunya pesawat tempur AS di wilayah itu F-82G Twin Mustang dan F-80C Star Shooting yang beroperasi dari Jepang.
Pesawat itu memang cukup berjasa dalam melakukan pengintaian dan serangan darat serta melindungi evakuasi warga AS dari zona perang. Tetapi tidak hanya itu yang dibutuhkan. Sementara F-80C dikenal sangat boros bahanbakar dan kemampuan membawa bom yang terbatas. Sementara jarak penerbangan dari Jepang ke Korea membatasi waktu mereka berkeliaran di medan lawan. Pesawat hanya memiliki waktu beberapa menit saja untuk menyerang sebelum kemudian harus bergegas kembali ke Jepang sebelum kehabisan bahan bakar.
F-51D Mustang, yang pada tahun 1950 telah ditugaskan untuk Air National Guard dan skuadron cadangan yang ditempatkan di daratan Amerika Serikat kemudian menjadi pesawat yang sangat ideal untuk menghilangkan tekanan pada pasukan PBB. Rentang dan daya tahan menjadi alasan Mustang begitu disenangi sejak Perang Dunia II. Dan pada Perang Korea, pesawat itu kembali diberi tugas untuk bertempur. Pesawat bisa berkeliaran di medan perang untuk waktu yang jauh lebih lama dibandingkan F-80C.
Berbeda dengan jet tempur baru, F-51D lebih toleran pada bidang udara kasar khas Korea sehingga mereka tidak harus menghabiskan banyak waktu untuk terbang bolak-balik dari pangkalan udara di Jepang. Selain enam senapan mesin kaliber0,50, Mustang bisa membawa napalm, bom dan roket anti-kendaraan yang ditaruh di bawah sayapnya.
Seperti ditulis Thompson dalam bukunya pada bulan pertama invasi Korea Utara hanya ada 10 F-51 di Korea yang digunakan Angkatan Udara ROK untuk melatih pilot tempur pertama mereka. Pilot Amerika, banyak dari mereka yang sudah transisi ke F-80C akhirnya masuk lagi ke kopkit Mustang. Bersama B-26B Invaders dan F4U Corsair US Navy mereka bergabung dengan pertempuran untuk menahan KPA.
Angkatan Udara AS kemudian sibuk mengumpulkan F-51 sebanyak yang mereka bisa dan dan buru-buru berkemas masuk ke kapal induk USS Boxer untuk dikirim ke zona perang. Setelah tiba, mereka Mustang langsung diterjunkan guna menggempur gerombolan tentara Korea Utara yang dilengkapi tank T-34/85 dan melindungi pasukan U.N yang dikepung di Pusan.
Thompson menjelaskan beberapa masalah ditemukan pada Mustang dan awaknya di fase awal operasi. Kondisi lapangan udara Korea menjadi hal yang sangat menyulitkan. Musim panas terik menjadi masalah bagi para kru. Sementara banyak debu yang mengganggu mesin dan saluran bahan bakar pesawat.
Next: Dikepung MiG-15 dan Yak-9
Menargetkan tentara Korea Utara juga sulit karena kehadiran pengungsi sipil menggunakan jalan yang sama dengan tentara. Serangan udara yang dilakukan PBB juga memaksa tentara Korea Utara membatsi gerakan pasukan dan hanya dilakukan pad amalam hari serta menyamarkan menyamarkan tentara dan peralatan mereka. Kadang menyembunyikan tank di sebuah rumah atau menutupinya dengan jerami. Satu hal yang paling ditakuti tentara Korea Utara adalah bom napalm. Pilot F-51 dari 51th Fighter Interceptor Squadron membawa hybrid napalm yakni bom termit yang bisa melelehkan tank.
Setelah serangan amfibi Amerika di Inchon sukses, skuadron F-51D membantu mengejar mundur tentara Korea Utara. Tetapi mereka menghadapi perlawanan dari tembakan darat yang sangat rentan bagi F-51 yang menggunakan mesin lemah Merlin. Jet MiG-15 China mulai November 1950 juga keluar dari persembunyiannya di Manchuria menebar bahaya serius bagi mereka.
Pesawat cepat Soviet dengan senjata 23 milimeter dan meriam 37 milimeter menjadi lawan yang sulit untuk diimbangi Mustang. Beberapa pesawat terkena tembakan dan satu-satunya cara pilot Mustang untuk bertahan hidup adalah tidak membiarkan MiG mendekat dan terbang langsung di bawah jalur penerbangan untuk melarikan diri.
Sementara untuk pesawat Yakovlev Yak-9 Korea Utara masih menjadi lawan yang bisa diatasi oleh F-51D. Yak-9 adalah pesawat tempur yang cukup mampu, seperti Mustang, dan telah membuktikan diri dalam pertempuran melawan Jerman selama Perang Dunia II. Konstruksi ringan memungkinkan untuk mendaki lebih cepat dibanding F-51D. Tapi pilot Amerika yang lebih terampil dari Korea Utara dan keberadaan jet tempur PBB melindungi melindungi F-51Ds dari Yak.
Sebagaimana ditulis War is Boring, bagian yang menarik dari buku Thompson adalah bagaimana Mustang yang ada dalam layanan Skuadron 77 Australia dan Skuadron 2 Afrika Selatan serta pesawat Korea Selatan juga terlibat dalam perang ini.
Royal Australian Air Force mempekerjakan F-51D hanya sembilan bulan antara Juli 1950 dan April 1951 sebelum kemudian menggantinya dengan jet tempur Gloster Meteor. Australia kehilangan 10 pilot dalam perang tersebut. Tetapi mereka sukses dalam misi membantu pasukan PBB untuk menghantam pasukan Korea Utara di sekitar Pusan. Mustang Australia juga mengawal B-29 Amerika meratakan lapangan terbang Yonpo.
Sementara Mustang Afrika Selatan mulai terlibat pada bulan November 1950, ketika Afrika melakukan terbang misi tempur pertama mereka dari Pyongyang. Sebanyak 12 pilot mereka tewas selama perang dan 30 lainnya hilang.
Sedangkan Mustang Korea Selatan F-51D adalah pesawat perang andalan mereka. Angkatan Udara Korea Selatan akhirnya mempensiun Mustang pada 1957. Sedangkan F-51D Angkatan Udara Amerika Serikat yang masih tersisa secara bertahap digantikan oleh F-86E Sabre. Mustang terakhir dikirim ke ROKAF di Januari 1953.