BAE Usulkan Drone Otonom Tandem dengan Jet Tempur Konvensional

BAE Usulkan Drone Otonom Tandem dengan Jet Tempur Konvensional

Perusahaan pertahanan dan keamanan Inggris BAE Systems telah mengumumkan rencana untuk membangun drone tempur otonom pertama di dunia dan mengusulkan sebuah skenario di mana kendaraan tempur tak berawak (UCAV) akan bekerja sama dengan pesawat tempur konvensional.

Perusahaan itu menjelaskan pesawat drone yang akan dibangun dikembangkan dari Taranis yang ada dan didedikasikan untuk menembus garis musuh dan terbang di depan pesawat berawak untuk menghancurkan basis darat.

Drone baru BAE ini akan menjadi produk yang dibangun secara kolaborasi dengan perusahaan Prancis  dalam upaya 10 tahun ke depan dan diharapkan untuk membawa senjata udara ke darat sendiri untuk melengkapi drone dan pesawat tempur.

Martin Rowe-Willcocks, Kepala Pengembangan Bisnis Sistem Pertempuran Udara Masa Depan BAE menjelaskan pada konferensi pers bahwa drone tempur saat ini biasanya dikendalikan oleh pilot di stasiun darat, namun pesawat baru nanti akan mampu bekerja secara benar-benar otonom serta membuat keputusan sendiri. Pesawat akan menghubungi kontrol di daerat hanya ketika akan memulai serangan.

Dia menekankan bahwa pesawat tak berawak tidak akan menggantikan pesawat militer konvensional, seperti Lockheed Martin F-35 dan Eurofighter Typhoon, tapi sebaliknya akan mendukung mereka dalam serangan terkoordinasi.

Kemitraan Prancis-Inggris  yang didirikan pada bulan Maret tahun ini, telah menyusun rencana untuk membangun demonstran drone dengan nilai £ 2 miliar yang diharapkan akan disetujui oleh pemerintah kedua negara dalam 12 bulan ke depan.

Pada tahun 2014, kedua pemerintah menyalurkan dana ke £ 120 juta untuk dua tahun studi kelayakan  melibatkan BAE dan Dassault yang berbasis di Prancis yang berusaha untuk menggabungkan Taranis Inggris dengan program nEUROn Prancis, untuk membuat sebuah sistem pertempuran masa depan.

Perusahaan lain yang terlibat dalam proyek ini akan mencakup produsen jet-mesin Rolls-Royce Holdings dan Safran, serta raksasa pertahanan Prancis Thales.

Menurut Rowe-Willcocks, Inggris dan Prancis bersaing dengan AS yang saat ini memimpin dalam pengembangan UAV militer, meskipun ia mengakui mereka tidak akan melihat drone dengan kemampuan tempur udara ke udara dalam waktu dekat.