Pencabutan embargo senjata oleh AS pada Vietnam mendorong kepercayaan antara dua bekas musuh, tapi pembelian senjata masih menjadi jalur panjang.
Wakil Menteri Pertahanan Nguyen Chi Vinh mengatakan kepada Reuters Sabtu 4 Juni 2016 mungkin senjata membeli adalah bagian dari penguatan yang lama direncanakan antara Vietnam-AS untuk meningkatkan hubungan di bidang ekonomi, politik, budaya dan keamanan.
“Kami tidak yakin apa yang bisa kita beli dari AS atau apa yang kita ingin membeli,” kata Vinh. Ini adalah komentar publik pertama dari seorang pejabat pertahanan Vietnam sejak Presiden AS Barack Obama mencabut embargo di Hanoi bulan lalu. “Ini adalah pada langkah yang sangat, sangat pertama, saya harus tekankan itu,” katanya.
“Penghapusan embargo tidak hanya signifikan dalam hal perdagangan, tetapi juga dalam hal meningkatkan kepercayaan dan keyakinan tingkat tinggi.”
Hubungan militer yang berkembang antara Amerika Serikat dan Vietnam sedang diawasi ketat di seluruh wilayah setelah Hanoi berusaha untuk mengantisipasi kekuatan tetangganya China. Kedua negara memiliki klaim yang sama terhadap wilayah di Laut China Selatan.
Amerika Serikat mengincar hubungan militer yang lebih dekat dengan Hanoi karena berusaha untuk memperluas kembai poros strategis ke Asia (pivot back to Asia) tengah yang juga didorong oleh kekhawatiran atas meningkatnya kekuatan China di wilayah tersebut.
Vietnam telah dengan cepat meningkatkan pengeluaran militer selama dekade terakhir. Mereka menggantikan senjata era Perang Dingin dengan senjata baru dan canggih dari Rusia.
Produsen senjata AS berkeinginan untuk memanfaatkan pasar baru di Vietnam namun para ahli keamanan regional percaya Hanoi akan bergerak secara bertahap dalam mengurangi ketergantungan pada Moskow.
Biaya yang relatif tinggi senjata AS adalah faktor yang juga akan mempengaruhi Vietnam sulit untuk membeli banyak senjata dari Amerika yang dikenal mahal.